Temuan teknologi termutakhir selalu menimbulkan perubahan yang sangat dahsyat seperti pertumbuhan exponential.
Indonesiainside.id, Jakarta — Pada Industri 4.0 ini atau yang sering di sebut dengan revolusi industri keempat yang ditandai dengan robotisasi dan digitalisasi, muncul penemuan baru seperti mobil tanpa pengemudi, robot pintar, artificial intellegent dan lain sebagainya.
Disrupsi pun terjadi di berbagai lini dan membawa pengaruh sangat besar, salah satunya di dunia korporasi. Bagaimana Human Resources (HR) sebagai penanggung jawab people dalam suatu organisasi melihat hal ini?
Direktur Kubik Leadership Jamil Azzaini mengatakan, pemimpin perusahaan tidak hanya berfokus pada pengembangan karyawan saja, tetapi juga harus mampu menyiapkan pemimpin yang hebat, tangguh dan bisa membawa organisasi melewati berbagai tantangan yang muncul.
“Pemimpin yang mampu menggerakkan energi, aksi dan konsisten menciptakan perubahan sekaligus memenangkannya,” ujar Jamil dalam diskusi Leadership Cafe bersama lebih dari 100 praktisi Human Resources, Human Capital Development (HCD) dari berbagai perusahaan terkemuka Indonesia yang hadir di Executive Lounge Graha Elnusa, Jakarta Selatan, Kamis (13/12).
Syarat utama itu, kata Jamil adalah munculnya trust dan respect tim kepadanya. Untuk itu, diperlukan essential leadership. Ia menjelaskan hal-hal kunci apa saja yang harus dijalankan oleh seorang pemimpin agar ia benar-benar memiliki essential leadership.
“Dengan perpaduan dua hal, memiliki pemimpin yang hebat, dan karyawan yang sesuai dengan perubahan niscaya sebuah perusahaan atau organisasi tidak lagi gagap menyambut era revolusi industry 4.0,” kata Inspirator SuksesMulia ini.
Dalam kesempatan sama, Country HR Director-GE Indonesia Rudi Afandy mengatakan, teknologi berubah secara exponential, namun sayangnya organisasi masih tumbuh secara logaritma. Akibatnya terjadi gap di organisasi, 50% berada di level senior manager yang rata rata adalah gen X, dan 17 % gap muncul di level junior manager.
“Pada era VUCA ini, talent yang dibutuhkan adalah mereka yang memiliki kompetensi Agile, Assertive, Persistance, Collaborative dan Continous to learn, unlearn and relearn. Namun sayangnya masih sedikit ditemukan talent seperti itu,” ujarnya.
Menurut dia, bisnis yang berkembang pesat tidak disertai dengan kesiapan people dan organisasinya. Menjadi tantangan besar untuk para HCD dalam waktu singkat menemukan dan menciptakan karyawan yang sesuai dengan perubahan zaman, selain organisasi diharapkan segera beradaptasi,” ujarnya.
“Tak hanya itu, bagian HCD pun sudah mulai memikirkan platform terbaik untuk mengembangkan para karyawan dan talent yang dimiliki. Melihat kebutuhan dan perkembangan yang ada, maka perusahaan perlu mengubah pendekatan dalam membangun hubungan dengan karyawan yang mereka miliki,” katanya.
Senada, People Operations Business Partner GFG ID–Kudo Kartika Akbaria mengatakan, HR bukan lagi sekedar personalia, pengembangan, support atau bahkan partner saja. HR saat ini diharapkan bisa menjadi business player yang menentukan pertumbuhan dan arah bisnis,
“Sebagai HR, peran yang kami jalankan saat ini lebih banyak berdiskusi dan memastikan para business leader terlibat dalam agenda HR, 30 persen melakukan pengembangan tim dan 20 persen melakukan proses HR Improvement,” katanya.
Diskusi yang berlangsung kurang lebih dua jam mengenai perubahan besar peran HR sebagai Human Being Empowerment mengundang antusiasme cukup ramai.
Tema ini menjadi bahasan menarik yang di angkat pada Leadership Cafe kali ini, sebuah forum rutin dua bulanan yang membahas seputar isu dan perkembangan terkini dunia ke HR an, yang diinisasi oleh Kubik Leadership, yaitu “Human Being Empowerment; Dukungan Human Capital menghadapi Revolusi Industri 4.0”.
(Ahmad Z.R)