Oleh: Andryanto S
Setelah melontarkan kritik pedas terhadap kebijakan impor gula, Faisal Basri kembali menyentil kebijakan impor beras. Apakah ini pertanda program ketahanan pangan pemerintah masih semrawut?
Indonesiainside.id, Jakarta — Ekonom senior Faisal Basri kembali melayangkan kritikan pedas terhadap kebijakan impor beras pemerintah. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Faisal menyoroti impor beras sepanjang Januari-November 2018 yang mencapai 2,2 juta ton.
Jumlah tersebut melonjak tajam dibandingkan 2017 dan merupakan yang tertinggi sepanjang era pemerintahan Jokowi-JK. “Impor beras sepanjang Januari-November 2018 melonjak sangat tajam,” paparnya dalam akun medsos twitter miliknya, Kamis (10/1).
Sebelumnya, Faisal juga mengungkap data mencengangkan bahwa Indonesia menjadi importer gula terbesar di dunia pada periode 2017-2018. Apalagi menjelang pemilihan umum (pemilu), impor besar-besaran itu diduga menjadi permainan sejumlah pihak untuk modal di perhelatan pemilu.
“Menjelang pemilu, tiba-tiba Indonesia menjadi pengimpor gula terbesar di dunia. Praktek rente gila-gilaan seperti ini berkontribusi memperburuk defisit perdagangan,” ujar Faisal, Rabu (9/1).
Faisal yang juga Dosen Ekonomi Universitas Indonesia itu mengutip data Statista—lembaga penelitian global bahwa pada periode 2017-2018 Indonesia mengimpor 4,45 juta ton, tertinggi secara global. Impor gula Indonesia melampaui China dengan jumlah 4,2 juta ton, Amerika Serikat 3,11 juta ton, Uni Emirat Arab 2,94 juta ton, Bangladesh 2,67 juta ton, Algeria 2,27 juta ton, Malaysia 2,02 juta ton, Nigeria 1,87 juta ton, Korea Selatan 1,73 juta ton, dan Arab Saudi 1,4 juta ton.
“Segala upaya telah dilakukan Pemerintah untuk menekan defisit perdagangan, kecuali memerangi praktek pemburuan rente dan memecat Menteri Perdagangan,” kata Faisal. (*/Dry)