Oleh: Andryanto S |
Indonesia memiliki kecepatan batas bawah jaringan 4G sebesar 6 Mbps. Indonesia kalah dari negara berkembang lain seperti Filipina 6,5 Mbps, Pakistan dengan kecepatan 7,5 Mbps, Panama (7,8 Mbps), Bahrain (8 Mbps), Pantai Gading (9,2 Mbps), hingga Bangladesh (9,9 Mbps).
Indonesiainside.id, Jakarta — Laporan riset yang dirilis OpenSignal bertajuk “The 5G Opportunity” mengungkapkan kecepatan internet 4G Indonesia menempati peringkat ke-74 dari 77 negara di seluruh dunia. Ini berarti kecepatan internet Indonesia ada di posisi keempat terbawah.
Hal ini mesti menjadi perhatian pemerintah yang sedang berupaya mempercepat jangkauan internet 4G di seluruh Indonesia pada tahun ini. Laporan riset OpenSignal mencatat kecepatan internet dari 94 juta perangkat yang terlibat dalam riset selama 1 Januari hingga 31 Desember 2018.
Hasil riset ini mencatat Indonesia memiliki kecepatan batas bawah jaringan 4G sebesar 6 Mbps. Dengan kecepatan terebut Indonesia hanya berada di atas Kamboja dengan kecepatan 3,7 Mbps, India dengan 3,7 Mbps, dan Aljazair dengan 2,6 Mbps.
Indonesia kalah dari negara berkembang lain seperti Filipina 6,5 Mbps, Pakistan dengan kecepatan 7,5 Mbps, Panama (7,8 Mbps), Bahrain (8 Mbps), Pantai Gading (9,2 Mbps), hingga Bangladesh (9,9 Mbps).
Batas bawah yang dimaksud adalah kecepatan paling rendah jaringan internet dalam satu hari. Singapura berada pada peringkat pertama dengan kecepatan internet 4G sebesar 41,8 Mbps.
Diikuti oleh Korea Selatan dengan kecepatan 40,8 Mbps, Belanda dengan 38,9 Mbps, Norwegia dengan 38,5 Mbps.
Sementara itu batas atas kecepatan internet 4G Indonesia sebesar 18,5 Mbps. Artinya ada rentang kecepatan sekitar 13 Mbps.
Dengan angka batas atas tersebut, Indonesia berada di atas Thailand dengan kecepatan 11,7 Mbps, India dengan 14,6 Mbps, Aljazair dengan 16,4 Mbps, Nigeria dengan 16,2 Mbps dan Bangladesh dengan 16,9 Mbps.
Indonesia kalah cepat dibandingkan dengan Panama (20 Mbps), Pantai Gading (20,6) Mbps, Malaysia (21 Mbps), Sri Lanka (23 Mbps), hingga Pakistan (23,7 Mbps).
Korea Selatan berada pada peringkat pertama batas maksimal kecepatan 4G dengan kecepatan 55,7 Mbps. Disusul oleh Swiss dengan kecepatan 55,5 Mbps, Belanda dengan 54,9 Mbps, Singapura dengan 54,7 Mbps dan Norwegia dengan 53,5 Mbps.
Riset itu juga menunjukkan Indonesia setidaknya mengalami ayunan kecepatan dari terendah ke tercepat hingga 3,2 kali lipat. Dengan angka tersebut Indonesia berada pada peringkat ke 71.
Dengan angka tersebut Indonesia mengungguli Kamboja (6,2 kali), Aljazair (6,2 kali), Belarus (5 kali), India (3,9 kali), Chile (3,6 kali), Bahrain (3,3 kali). Indonesia kalah dari Pakistan (3,1 kali), Malaysia (2,3 kali), Pantai Gading (2,2 kali), Bangladesh (1,7 kali), hingga Nigeria (1,7 kali).
Riset yang bertajuk “The 5G Opportunity” ini juga menujukan kecepatan unduh rata-rata Indonesia. Indonesia memiliki kecepatan unduh rata-rata 8,6 Mbps dan kecepatan unduh tercepat hingga 18,5 Mbps.
Indonesia kalah dengan Malaysia dengan kecepatan unduh rata-rata 14 Mbps dengan kecepatan unduh maksimal 21 Mbps. Indonesia juga kalah dari Filipina (9,4 Mbps, maksimal 19 Mbps), Panama (10,1 Mbps, maksimal 20 Mbps), Vietnam (21,2 Mbps, maksimal 26,4 Mbps).
Sementara itu, Direktur Pengembangan Pita Lebar Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika dari Kementerian Kominfo Benyamin Sura melontarkan pernyataan yang menarik untuk disimak. Cakupan jaringan telekomunikasi berbasis 4G di Indonesia saat ini diklaim telah mencapai 97% dari total target 514 kabupaten/kota. Tahun ini diharapkan 100% target jangkauan 4G dapat terpenuhi.
Menurut dia, sejak diluncurkan Presiden Joko Widodo pada Desember 2015, coverage jaringan broadband 4G LTE di Indonesia sudah lebih dari 90% dari total populasi di Indonesia. “Bahkan, Telkomsel sudah memiliki cakupan hingga 97% dari total populasi di 514 kabupaten/kota di Indonesia. Kami optimis tahun ini seluruh wilayah di Indonesia, 100%, sudah dapat menikmati layanan broadband 4G LTE,” ujar Benyamin, dalam keterangan di Jakarta, Senin (25/2).
Namun begitu, menurut Komisioner Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia, Agung Harsoyo, penetrasi broadband yang cepat harus diikuti dengan edukasi yang benar ke masyarakat.
Edukasi terkait bagaimana memanfaatkan layanan broadband tersebut sehingga bisa mempermudah masyarakat sekaligus meningkatkan perekonomian mereka.
“Masyarakat diharapkan bisa memanfaatkan secara optimal e-commerce, e-health, e-government, dan e-learning. Sehingga, broadband nantinya dapat menjadi enabler pertumbuhan ekonomi nasional,” kata dia. (*/Dry)