Oleh: Andryanto S |
Setiap rezim pasti memiliki plus minus dalam merealisasikan program ekonomi.
Indonesiainside.id, Jakarta — Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nailul Huda menilai setiap rezim yang berkuasa di Indonesia memiliki kelemahan dan kelebihan dalam menjalankan program ekonomi.
“Dilihat dari kegagalan, yang paling patut digarisbawahi memang kegagalan dalam membendung arus impor yang sangat kencang terutama tahun 2018. Tahun 2019 ini, bulan Januari mencatatkan rekor baru sebagai defisit paling dalam selama pemerintahan Jokowi bahkan selama beberapa puluh tahun belakangan,” ujar Huda kepada indonesiainside.id, di Jakarta, Selasa (26/2).
Sedangkan keberhasilan rezim Jokowi, lanjut dia, keberhasilan pemerintahan yang bisa diandalkan antara lain menahan laju inflasi sehingga bisa stabil di angka 3%-an selama 4 tahun menjabat. “Kesimpulannya, kurang lebih di satu sisi Jokowi berhasil mengendalikan harga barang umum (inflasi terkendali), namun di sisi lain, impor menjadi terpuruk,” tuturnya.
6 Kerberhasilan Program Ekonomi Jokowi | 6 Kegagalan Program Ekonomi Jokowi |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sedangkan terkait unicorn startup yang banyak diperbincangkan masyarakat dewasa ini, Huda menilai hal itu bukanlah prestasi atau keberhasilan ekonomi era Jokowi. “Mengenai Indonesia mempunyai 4 unicorn mungkin bukan termasuk keberhasilan Ekonomi Era Jokowi, namun memang kemampuan dari perusahaan unicorn itu sendiri terlepas dari siapa pemerintahnya. Bahasa lainnya, unicorn tersebut memang tercipta karena pasarnya berkembang di dalam negeri, bukan campur tangan pemerintah,” ujar Huda.
Rizal Ramli, ekonom senior sekaligus mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, sebelumnya menyoroti pengurangan kemiskinan di Zaman Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tergolong paling kecil dibanding 3 pemerintahan sebelumnya.
“Faktanya pengurangan kemiskinan (zaman Jokowi) per tahun paling kecil hanya 480 ribu,” ujarnya.
Rizal pun menguraikan kemiskinan pada zaman kepemimpinan Gus Dur berkurang rata-rata 5,05 juta per tahun, era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebanyak 570 ribu per tahun, Megawati 550 ribu per tahun. “Zaman Jokowi hanya 480 (ribu),” tegasnya.
Ia mengakui angka kemsikinan memang mencapai satu digit atau 9,66%. Akan tetapi, kecepatan pengurangan kemiskinan era Jokowi dinilai paling lambat. “Speed mengurangi kemiskinan paling lambat di pak Jokowi karena tidak ada sinkroninasi. Petani disuruh kerja, terus impor gede-gedean, impor itu bikin miskin,” katanya. (*/Dry)