Oleh: Andryanto S |
Perang dagang antara dua adikuasa ekonomi di dunia, yakni Amerika Serikat (AS) dan Cina, ternyata mendatangkan berkah tersendiri bagi dua sektor industri di Indonesia.
Indonesiainside.id, Jakarta – Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani menilai perang dagang antara AS versus Cina ternyata membawa efek positif bagi dua sektor industri di Indonesia. Sektor industri tekstil dan ban mampu meningkatkan ekspor hingga 20% saat perang dagang kedua kekuatan ekonomi dunia itu berkecamuk.
“Ada beberapa industri di kita yang menikmati perang dagang ini,” ujar Rosan di Jakarta, Senin (11/3).
Menurut dia, perang dagang yang terjadi akibat kebijakan proteksionisme Presiden AS Donald Trump justru membuat sejumlah produk yang diproduksi di luar AS dan China menjadi lebih kompetitif. Pengusaha Indonesia yang melihat peluang itu memanfaatkannya untuk bisa lebih memasarkan produk mereka ke AS atau China.
“Mereka (pengusaha tekstil dan ban) tahun ini ekspornya bisa meningkat 10% hingga 20%,” ujar Rosan.
Meski demikian, Rosan menekankan, secara umum semua pihak memiliki harapan supaya perang dagang AS-China segera berakhir. Diterapkannya tarif yang tinggi oleh pemerintah kedua negara untuk melakukan ekspor satu sama lain memberi kontribusi terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi mereka.
Di lain sisi, AS dan China merupakan mitra dagang yang cukup besar bagi banyak negara di dunia. Hal itu membuat perlambatan ekonomi mereka berpengaruh juga terhadap pertumbuhan ekonomi negara lain.
“Perdagangan kita saja, yang paling besar kan dengan China, kurang lebih 15%. Yang kedua dengan Amerika, kurang lebih 10%. Kalau ada perlambatan pertumbuhan, pasti akan ada dampaknya, langsung dan tidak langsung ke kita,” tutur Rosan.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), sepanjang 2018 nilai ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional mencapai US$ 13,28 miliar, tumbuh 5,6% secara tahunan (year-on-year/yoy). Industri tekstil sendiri tumbuh 8,73% di tahun lalu. Pada 2019, Kemenperin menargetkan nilai ekspor TPT dapat tumbuh mencapai 13% hingga US$ 15 miliar.
Sementara produk ban merupakan salah satu komoditas andalan ekspor Indonesia. Dari total produksi, 70% ban buatan dalam negeri diperuntukkan bagi pasar ekspor dengan nilai mencapai US$ 1,5 miliar per tahun. (*/Dry)