Oleh: Andryanto S |
Indonesiainside.id, Jakarta — Rizal Ramli, Mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri Indonesia era Presiden Abdurrahman Wahid, ikut mengomentari pernyataan Presiden Joko Widodo dalam Rakornas BKPM yang mengaku geram dengan kondisi neraca perdagangan yang terus defisit serta kinerja ekspor yang terpuruk dengan menyebut: “Bodoh banget kita kalau seperti ini.” Pernyataan Presiden tersebut sempat membuat Kepala BKPM Thomas Lembong kaget.
Namun, Rizal Ramli menilai Kepala BKPM tidak perlu kaget dengan pernyataan tersebut. “Tom, ndak usah kaget. Kalau kebijakan utamanya hanya paket-paket (sudah 16) yang hanya bagus di atas kertas,” kata Rizal melalui akun Twitter miliknya, Kamis (14/3).
Menurut Rizal Ramli, pemerintahan Jokowi minim dalam mengantisipasi defisit transaksi berjalan (current account deficit) melalui kebijakan domestik. Sebab, pemerintahan Jokowi tidak melakukan kebijakan reformasi di sektor riil, terutama di sektor perdagangan dan manufaktur. Di sisi lain, negara terlalu bergantung pada utang.
Karena itu, dalam pandangan Rizal Ramli, rezim Jokowi telah gagal mengambil kebijakan makroekonomi. Terbukti, neraca perdagagan Indonesia defisit hingga US$ 8,57 miliar sepanjang 2018, terbesar sejak 1975. Padahal, negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam masih mencatatkan surplus. “More significant moves are needed (langkah lebih signifikan yang dibutuhkan),” sambung RR.
Sebelumnya, Polemik neraca perdagangan yang terus defisit, kinerja ekspor yang terpuruk, serta laju investasi yang belum sesuai harapan disoroti oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bahkan Presiden mengaku geram karena pembiaran yang terjadi dan menyebutnya sebagai tindakan yang bodoh.
“Kita tahu kesalahan kita, tahu kekurangan kita, kok nggak diselesaikan. Bodoh banget kita kalau seperti ini. Jadi, sekali lagi, jangan sampai kita kalah dari Kamboja dan Laos,” tegas Jokowi pada pembukaan Rapat Koordinasi (Rakornas) Investasi di Serpong, Banten, Selasa (12/3).
Menanggapi hal itu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengakui bahwa dirinya cukup terkejut saat Presiden menyinggung soal neraca perdagangan yang masih defisit.
“Saya lumayan kaget karena kemarin di acara Rakornas BKPM, dalam sambutannya Presiden mengeluhkan neraca dagang, kekalahan investasi, sampai keluar dari mulut beliau kata bodoh,” kata Tom di Jakarta, kemarin.
Tom mengatakan bahwa keluhan Presiden soal defisit neraca perdagangan tidak disampaikan pada pembukaan acara Raker Kementerian Perdagangan, yang digelar di hari dan tempat yang sama dengan Rakornas BKPM, yakni ICE BSD Serpong, Tangerang, Banten, pada Selasa.
Mantan menteri perdagangan itu sedikit berkelakar di depan peserta Raker Kementerian Perdagangan. “Entah kenapa Presiden marah-marah lagi soal neraca perdagangan, tetapi bukan di acara ibu/bapak, tetapi acara saya. Apa yang ibu/bapak terima sekarang, mungkin beliau anggap hasil kerja saya dari tiga tahun yang lalu, hasil kegagalan saya tiga tahun yang lalu,” ungkapnya
Ia mengakui bahwa kinerja ekspor dan investasi Indonesia masih kalah dengan negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand dan Vietnam. Ada pun realisasi investasi sepanjang 2018 hanya mencapai Rp Rp721,3 triliun. Dari angka tersebut, target realisasi investasi hanya tercapai 94,3 persen atau tidak mencapat target yang ditetapkan.
Presiden pun menjanjikan akan mencari letak kesalahan Indonesia bisa tertinggal dari negara lain. Sementara menurut Tom, pola kerja di pemerintahan menjadi salah satu penyebab Indonesia tertinggal dari negara-negara ASEAN lainnya.
Tom menyampaikan bahwa pola kerja pemerintahan masih seperti pola kerja di abad 20, yakni didominasi oleh rapat-rapat tatap muka dan surat menyurat yang dinilai sudah ketinggalan zaman. Pola kerja seperti inilah yang ia nilai menjadi kelemahan dasar dari pertumbuhan investasi Indonesia.
“Buat saya, salah satu kelemahan yang cukup fundamental adalah pola kerja kita di birokrasi, di pemerintahan yang masih seperti abad ke-20 sementara di abad ke-21 semuanya serba online, instan, instan messaging, serba kolaboratif di online,” katanya. (*/Dry)