Oleh: Rudi Hasan
Indonesiainside.id, Jakarta – Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian, menyasar pesantren untuk pengembangan industri kreatif. Melalui program wira usaha baru santri berindustri, Kemenperin menyasar pondok pesantren Nurul Jadid, Probolinggo.
“Langkah strategis tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para santripreneur dalam menghadapi era industri digital serta memanfaatkan perkembangan teknologi digital terkini,” ujar Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih di Jakarta, Sabtu (27/7).
Santri masa kini, kata dia, dituntut untuk tak hanya mendalami ilmu agama saja. Mereka juga harus melek terhadap perkembangan teknologi digital. Khususnya menghadapi era industri 4.0.
Gati meyakini pondok pesantren bisa berperan strategis dalam mendukung pertumbuhan industri 4.0 di Indonesia. Pasalnya, pondok pesantren juga memiliki potensi pemberdayaan ekonomi.
Misalnya, kata dia, banyak ponpes yang mendirikan koperasi untuk mengembangkan usaha. Selain itu juga banyak unit bisnis yang didirikan di dalam ponpes.
“Seluruh potensi ini merupakan modal yang cukup kuat dalam menghadapi revolusi industri 4.0,” kata dia.
Untuk itu, perlu pembekalan selain pembekalan untuk berakhlak dan berbudi pekerti luhur, ulet, jujur, dan pekerja keras. Kemenperin memberikan penyuluhan berupa bimbingan teknis Industri Kecil dan Menengah (IKM) konveksi. Ada 30 orang peserta yang berasal dari santriwati Pondok Pesantren Nurul Jadid, Probolinggo yang mengikuti kegiatan itu.
Ditjen IKMA Kemenperin juga memfasilitasi mesin dan peralatan wirausaha baru. Rinciannya yakni mesin jahit high speed, mesin obras benang, bartack, buttonhole, iron steam, mesin cutting, mesin jahit single needle cutter, mesin overdeck, button attaching, dan mesin waist band.
Program santripreneur yang digagas oleh Ditjen IKMA Kemenperin, telah dilaksanakan sejak 2013. Hingga triwulan II 2019, program ini telah membina sebanyak 32 pondok pesantren di lima provinsi. Cakupan ruang lingkup pembinaan yang dilakukan, antara lain pelatihan produksi serta bantuan mesin atau peralatan di bidang olahan pangan dan minuman.
Selain itu, perbengkelan roda dua, kerajinan boneka dan kain perca, konveksi busana muslim dan seragam, daur ulang sampah, produksi pupuk organik cair serta pendampingan SNI garam beryodium.
“Kami meyakini, para santri generasi baru akan mampu menjadi agen perubahan yang strategis dalam membangun bangsa dan perekonomian Indonesia di masa mendatang,” kata Gati. (*/Dry)