Indonesiainside.id, Jakarta — Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) merilis bahwa jumlah petani swadaya bersertifikat RSPO meningkat sebesar 52% dan jumlah total petani meningkat sebesar 165% selama periode 1 Juli 2018 hingga 30 Juni 2019.
Tren penting lainnya termasuk pertumbuhan signifikan di area bersertifikasi RSPO di Afrika sebesar 56%. Dari perspektif global, total area bersertifikasi RSPO tumbuh lebih dari 22% YoY menjadi 3,89 juta hektar di 16 negara, dengan volume produksi 14,29 juta ton minyak sawit berkelanjutan bersertifikat (CSPO) dan 3,21 juta ton Kernel Sawit Berkelanjutan Bersertifikat (CSPK). RSPO juga menyetujui 19 anggota petani baru selama tahun keuangan terakhir, dengan total 171 petani dalam organisasi pada 30 Juni 2019.
“Saya senang melihat pertumbuhan semacam ini di sejumlah bagian penting dari rantai nilai minyak sawit berkelanjutan, khususnya yang berkaitan dengan petani kecil. Saya yakin kita akan melihat angka-angka ini terus meningkat di tahun-tahun mendatang,” kata Chief Executive Officer (CEO) RSPO, Datuk Darrel Webber di Jakarta, Kamis (31/10/2019).
Dalam hal keanggotaan, RSPO tumbuh dengan 11% yang mencapai 4.349 anggota pada 30 Juni 2019, dengan Amerika Serikat, Jerman, dan Inggris mencapai masing-masing tiga besar untuk keanggotaan. Menariknya, laporan ini juga menunjukkan peningkatan 25% pada pemegang lisensi Merek Dagang RSPO sejak periode pelaporan terakhir. Selanjutnya, ada juga pertumbuhan 2% dalam permintaan dan serapan keseluruhan selama periode pelaporan ini.
“Tanpa lebih banyak tekanan dan permintaan dari pasar hilir, kemungkinan hasilnya adalah minyak sawit yang lebih tidak berkelanjutan,” ujar Darrel.
Selain itu, anggota RSPO melanjutkan upaya mereka dengan menghindari pembukaan lahan dan penanaman baru di lahan gambut, dan dengan mengasingkan kawasan konservasi dalam pengembangan baru, sehingga menghemat 1,4 juta ton CO2, setara dengan mengeluarkan hampir 300.000 kendaraan penumpang dari jalan dalam tiap tahun. (*/Dry)