Indonesiainside.id, Jakarta — Presiden Joko Widodo menggelar rapat terbatas dengan para menteri ekonominya. Topik rapat berkutat bagaimana menteri tim ekonominya bisa menekan defisit neraca perdagangan.
Dia memerintahkan para menterinya agar berpikir out of the box untuk menekan defisit. Pada saat bersamaan memperbesar surplus neraca perdagangan dengan menggenjot ekspor dan juga pengembangan sektor pariwisata.
Dalam pidatonya, Presiden menekankan agar menterinya bisa menekan impor. Salah satu yang disinggung Presiden adalam impor BBM yang menjadi salah satu kontributor defisit.
“Dalam menekan defisit saya mengingatkan lagi agar para menteri untuk konsentrasi pada langkah-langkah terobosan untuk mengurangi angka impor kita, baik itu impor BBM yang menjadi penyumbang defisit terbesar,” kata Presiden di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (11/11) siang dikutip laman Setkab.
Presiden meminta pembangunan kilang harus menjadi prioritas. Seiring dengan itu, Presiden meminta lifting produksi minyak di dalam negeri harus terus ditingkatkan.
Termasuk di dalamnya adalah pengolahan energi baru terbarukan seperti B20, untuk segera bisa masuk ke B30, lalu B100. Sehingga dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor BBM.
Investasi yang dilakukan di sektor industri substitusi impor, lanjut Presiden, juga harus terus dibuka lebar. Dengan demikian, barang-barang substitusi impor ini bisa mengganti produk-produk impor yang selama ini dilakukan.
“Termasuk pengembangan industri pengolahan, yang ini bukan hanya menciptakan lapangan kerja, tapi juga memastikan bahwa produk-produk yang dibutuhkan di dalam negeri dan juga diekspor bisa diproduksi di dalam negeri,” kata Presiden. (*/Dry)