Indonesiainside.id, Jakarta – Ekonom CORE Indonesia, Akhmad A Susamto, menilai pemerintah belum optimal memanfaatkan instrumen fiskal. Sehingga pertumbuhan ekonomi tak terstimulus dengan maksimal.
Dalam keadaan melambatnya perekonomian, pemerintah seharusnya mengeluarkan kebijakan fiskal yang lebih ekspansif. Sayangnya langkah ini harus dihadapkan pada melambatnya penerimaan negara.
“Belanja pemerintah, harus didorong untuk memberikan stimulus perekonomian. Salah satunya belanja modal,” ujar Akhmad dalam agenda Outlook 2020 di Jakarta Pusat, Rabu (20/11).
Namun sayangnya, CORE mencatat selama 2 tahun ini realisasi belanja modal lebih lambat dibandingkan belanja lainnya. Pertumbuhannya pada akhir tahun ini diproyeksikan -6 persen.
Tahun depan, pertumbuhan belanja modal bisa mencapai 8 persen. Tapi, Akhmad mengatakan, pertumbuhan ini juga tidak berdampak besar bagi perekonomian nasional.
“Jika tren realisasi belanja modal pada tahun depan kembali mengalami kontraksi seperti yang telah terjadi dalam 2 tahun terakhir,” kata dia.
Begitupun dengan belanja bantuan sosial dan subsidi beberapa evaluasi perlu dilakukan pemerintah. Seperti validitas data penerima subsidi dan bansos, percepatan sinkronisasi data penerima bansos data antar Kementerian dan Lembaga untuk, hingga proses monitoring penyaluran subsidi dan bansos. (*/Dry)