Indonesiainside.id, Jakarta – Thailand menolak ekspor kelapa sebanyak 25 kontainer dari Sumatera Selatan, karena kondisinya telah tumbuh tunas.
Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Dinas Perkebunan Sumatera Selatan, Rudi Arpian mengungkapkan, penolakan oleh pihak Negeri Gajah Putih bukan sepenuhnya kesalahan eksportir kelapa.
“Ini bukan salah perusahaan karena selama ini lolos. Baru kali ini bermasalah, karena kalau merujuk dokumen ekspor memang salah,” ujar Rudi kepada Indonesiainside.id, Rabu (20/11).
Dia menyebutkan, tumbuh tunas dalam 1 kontainer tidak lebih dari 0,5% dan biasanya cukup dikurangi. Namun yang terjadi seluruh kelapa dikembalikan oleh pihak Thailand. “Tapi kali ini emang lagi naas saja eksportir kelapa itu,” ujar dia.
Menurutnya, tujuan ekspor memang kelapa bulat bukan bibit. Kalau dalam perjalanan tumbuh tunas itu hal wajar karena yang dikirim ini produk bisa tumbuh.
Rudi menambahkan, persoalan yang dihadapi sekarang adalah belum ada aturan yang jelas batas toleransinya.
“Nah ini yang akan kita minta dibicarakan secara pemerintah (Government to Government/G to G) antar dua negara. Nanti kita juga ingin meminta kejelasan terkait batas toleransi melalui Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan,” terangnya.
Sebelumnya perusahaan eksportir kelapa PT Central Agro Indonesia mengirim kelapa ke Thailand. Namun saat pengiriman terakhir pada November 2019, sebanyak 25 kontainer kelapa ditolak Pemerintah Thailand dengan alasan kelapa yang dikirim telah bertunas. Akibat peristiwa ini perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp 2,5 miliar. (*/Dry)