Indonesiainside.id, Jakarta – Pemerintah dinilai belum mampu membawa ekonomi Indonesia keluar dari angka pertumbuhan 5 persen. Ketergantungan atas sektor konsumsi, terutama rumah tangga, membuat kondisi ekonomi rentan jika tanpa stimulus.
Deputi Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan, Kemenko Perekonomian, Iskandar Simorangkir mengatakan, sumbangan konsumsi rumah tangga terhadap PDB mencapai 56,8 persen. Stimulus konsumsi terus diupayakan lewat berbagai program bantuan sosial.
Iskandar menjelaskan, agar program bantuan sosial efektif, penyalurannya harus memperhatikan momentum. Timing, kata dia, amat menentukan di dalam menjaga pertumbuhan konsumsi.
“Jadi sebelum turun daya beli masyarakat, kita kasih duluan di depan. Seperti Presiden bilang ketika kasih daftar isian proyek sudah bisa diproses tendernya,” kata Iskandar ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (26/11).
Dia mencontohkan, untuk menjaga konsumsi tahun depan, pemerintah mengupayakan proses penyaluran bantuan sosial sudah selesai akhir tahun ini. Desember mendatang, pemerintah sudah harus siap-siap mempersiapkan tender-tender yang nanti dilaksanakan di awal Januari.
“Sementara ini sesuai yang sudah ditargetkan saja, ya kan kalau sudah siap di akhir tahun, di awal tahun sudah siap menyalurkannya,” imbuh dia.
Pada sisi lain, upaya perbaikan iklim investasi terus dilakukan untuk menarik investor asing dan mempermudah layanan berusaha. Teranyar, pemerintah sedang mengusulkan omnibus law cipta lapangan kerja dan perpajakan.
“KUR (kredit usaha rakyat) kan juga sudah kita turunkan suku bunganya 6 persen,” imbuh dia. (*/Dry)