Indonesiainside.id, Jakarta – Prof. Bungaran Saragih Menteri Pertanian Periode 2000-2004 mengatakan, Indonesia sebagai produsen terbesar minyak sawit dunia harus menjadi produsen yang bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan minyak sawit secara berkelanjutan (sustanaibility).
“Kita harus mengikuti keinginan konsumen minyak sawit terutama persyaratan sustanaibility. Uni Eropa dan Amerika Serikat menuntut kualitas sustainability yang lebih ketat,” kata Bungaran dalam diskusi bertema Evaluasi Penyerapan CPO Bersertifikat di Pasar Global di Jakarta, Selasa (26/11).
Dia menambahkan, negara berkembang seperti kawasan Afrika dan Asia Tengah lebih mementingkan harga murah. Kemudian pasar China, India dan Timur Tengah belum menuntut sustainability.
“Dalam merespon tuntutan sustainability Indonesia sejak sepuluh tahun lalu telah mengadopsi perkebunan kelapa sawit berkelanjutan baik itu Indonesia Sustanable Palm Oil (ISPO) maupun iniisiasi dari konsumen eropa yakni RSPO (Roundtable Sustanable Palm Oil,” ungkap dia.
Bedasarkan data Komisi ISPO tahun 2019 volume CPO yang telah mengantongi sertifikat ISPO sebanyak 12,2 juta ton. Sedangkan sertifikasi RSPO hingga Juli 2019 sekitar 6,3 juta ton.
“Namun anehnya, konsumen minyak sawit dunia menuntut sustainability ternyata inkonsisten. Penyerapan minyak sawit bersertifikat sustainability karena hanya 60% dari produksi CPO bersertifikat,” kata Bungaran. (*/Dry)