Indonesiainside.id, Jakarta – Industri perbankan syariah menunjukkan perkembangan yang positif dari tahun ke tahun. Data dari industri perbankan menunjukkan bahwa dalam kurun 2014-2018, perbankan syariah mampu mencatat pertumbuhan rata-rata majemuk atau Compounded Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 15%, lebih tinggi dari industri perbankan nasional yang mencatat CAGR sebesar 10%.
Perkembangan yang positif ini karena adanya komitmen pemerintah melalui pembentukan Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) yang diketuai oleh Presiden Republik Indonesia sendiri, sehingga menjadi angin segar bagi industri perbankan syariah. Terlebih dengan diluncurkannya Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia (MEKSI) 2019-2024 yang diluncurkan oleh KNKS pada bulan Mei 2019 lalu.
Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah (SPS) per Agustus 2019 dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) tumbuh Rp 9,96 Triliun atau 14,71% menjadi Rp. 77,72 Triliun.
Head of Marketing Rumah.com Ike Hamdan menyatakan bahwa perkembangan positif perbankan syariah ini juga sejalan dengan semakin besar minat masyarakat untuk memiliki rumah dengan memanfaatkan fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR) secara syariah, yang pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan dengan KPR Konvensional yang tumbuh single digit.
“Tren positif KPR Syariah ini juga tercermin dari Rumah.com Property Affordability Sentiment Index H2 2019 dimana 48 persen responden menyukai jenis pembiayaan berbasiskan KPR Syariah. Angka ini stabil dibandingkan dengan semester sebelumnya yang juga berada pada posisi 48 persen,” katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (27/11).
Rumah.com Property Affordability Sentiment Index ini adalah survei berkala yang diselenggarakan dua kali dalam setahun oleh Rumah.com bekerjasama dengan lembaga riset Intuit Research, Singapura. Hasil survei kali ini diperoleh berdasarkan 952 responden dari seluruh Indonesia yang dilakukan pada bulan Januari hingga Juni 2019. Survei ini dilakukan oleh Rumah.com sebagai portal properti terdepan di Indonesia untuk mengetahui dinamika yang terjadi di pasar properti di tanah air.
Berdasarkan Rumah.com Property Affordability Sentiment Index H2 2019, pembiayaan dengan KPR Syariah cenderung lebih diminati oleh kalangan muda dimana 56 persen responden yang berusia 22-29 tahun dan 50 persen responden yang berusia 30-39 tahun menyukai KPR Syariah dibandingkan KPR Konvensional. Sedangkan responden dari generasi yang lebih tua cenderung lebih meminati KPR Konvensional dimana 60 persen responden berusia 40-49 tahun dan 68 persen responden berusia 50 tahun ke atas lebih menyukai KPR Konvensional.
Ike menjelaskan dalam 2 tahun terakhir ini para responden survei Rumah.com Property Affordability Sentiment Index baru secara spesifik menyatakan produk pembiayaan KPR yang diminatinya khususnya KPR Syariah. Fenomena ini bisa jadi sejalan dengan sentimen keagamaan yang cenderung meningkat dalam beberapa tahun terakhir sehingga konsumen pun semakin banyak yang meminati produk pembiayaan syariah.
Pemimpin Divisi Pembiayaan Konsumer BNI Syariah, Mohammad Samson menambahkan bahwa di tahun 2020 mendatang, pihaknya optimis KPR Syariah akan tetap tumbuh double digit dengan pertimbangan masih tingginya backlog atau kebutuhan rumah di Indonesia, adanya dukungan Pemerintah seperti adanya kebijakan pelonggaran rasio financing-to-value (FTV) yang akan mulai berlaku di 2 Desember 2019, kebijakan penurunan suku bunga acuan BI, dan program fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP)/Rumah subsidi.
“Selain adanya dukungan pemerintah, pertumbuhan KPR Syariah yang masih tetap tinggi yang dipengaruhi oleh beberapa hal seperti potensi konsumen yang besar mengingat secara demografi jumlah penduduk Indonesia mayoritas Muslim, semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan produk perbankan Syariah, dan KPR Syariah juga dapat dimanfaatkan oleh seluruh umat, tidak hanya yang beragama Muslim. Selain itu, KPR Syariah juga memiliki oleh fitur-fitur produk, program, tarif yang menarik dan kompetitif sehingga dapat bersaing dengan KPR Konvensional,” jelas Moh. Samson.
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia memang sedang pesat namun jika dibandingkan dengan negara lainnya, market share perbankan syariah di Indonesia masih sangat rendah sekitar 5,4%. Menurut data Islamic Financial Services Industry Stability Report 2018, market share perbankan syariah di Arab Saudi sudah mencapai 51,5%, Malaysia mencapai 24,9%, Brunei Darussalam mencapai 61,8% dan Uni Emirat Arab mencapai 20%. Oleh karena itu besarnya jumlah penduduk Muslim di Indonesia pun perlu dimanfaatkan untuk mengembangkan perbankan syariah.
Ike menambahkan tren KPR Syariah dan hasil survei Rumah.com Property Affordability Sentiment Index bisa menjadi masukan yang luar biasa bagi industri perbankan dan kalangan pengembang hunian untuk melakukan inovasi dengan menghadirkan skema-skema pembiayaan syariah yang memberikan kemudahan bagi konsumen.
Misalnya dengan menyediakan skema pembiayaan yang menyesuaikan dengan gaya hidup generasi milenial dan Gen X yang cenderung untuk menginginkan kemudahan dalam hidupnya. Sehingga gaya hidup mereka yang menyukai traveling bisa tetap jalan tapi mereka juga bisa memiliki rumah
“Adanya berbagai kemudahan dalam kepemilikan rumah melalui berbagai skema pembiayaan ini diharapkan dapat memberikan percepatan pertumbuhan permintaan di sektor properti yang pada akhirnya dapat berimbas kepada pertumbuhan ekonomi secara nasional. Apalagi, kinerja sektor properti tahun depan diprediksi masih sangat menantang karena dipengaruhi ketidakpastian ekonomi global,” pungkas Ike.(*/Dry)