Indonesiainside.id, Jakarta – Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati mengatakan Pertamina berhasil mendapatkan investasi dari perusahaan Taiwan dan Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, senilai hampir Rp100 triliun untuk pengerjaan proyek petrokimia yang diintegrasikan dengan Kilang Balongan, di Kabupaten Indramayu.
“Pertamina ini, alhamdulillah dengan profesionalismenya berhasil mendapatkan investasi dari perusahaan Taiwan dan Insya Allah dengan perusahaan Abu Dhabi investasi di Indramayu,” kata Nicke Widyawati, seusai bertemu dengan Gubernur Jawa Barat, M. Ridwan Kamil, pada Rabu (27/11).
Nicke menjelaskan proyek tersebut akan berlangsung selama empat hingga lima tahun konstruksi. Diperkirakan juga akan mempekerjakan sekitar 30.000 hingga 35.000 warga lokal dan ratusan orang teknisi selama beroperasi.
“Jadi proyeknya itu, ada kilang minyak, kemudian ada turunannya petrokimia, yang ujungnya jadi benda industri plastik dan sebagainya,” tambah Nicke.
Dia menuturkan, investasi yang akan dikucurkan tersebut untuk membangun proyek petrokimia yang diintegrasikan dengan kilang yang saat ini sudah ada. Kilang tersebut, nantinya akan ditambah kapasitasnya dan diintegrasikan dengan pabrik petrokimia beserta turunannya.
“Sehingga ini akan jadi integrated revenue petrochemical plant terbesar dan ini letaknya di Jabar. Lokasinya di Indramayu, Balongan,” ujar Nicke.
Menurut dia, dengan adanya proyek ini maka direncanakan kapasitas kilang akan menjadi 350.000 barel per hari dan untuk petrochemical bisa 2,5 juta nafta. “Jadi ini ialah midstream dan downstream jadi bukan untuk upstream dan suplainya bisa dari multisource yang ada dari kilang domestik. Karena kilang domestiknya Pertamina dicampur dan karena setiap kilang ada campuran,” tambah Nicke.
Sementara itu, ia mengatakan pihaknya sengaja bertemu Gubernur Jawa Barat, M. Ridwan Kamil untuk meminta dukungan terkait perizinan dan penempatan lokasi. Rencananya tahap konstruksi proyek ini akan dilakukan awal tahun 2020 dan ditargetkan beroperasi 2026.
“Kami memerlukan perizinan juga penempatan lokasi. Awal operasinya tahun 2026 bertahap. Jadi nanti kebutuhan tenaga kerjanya ada untuk konstruksi dan tahap operasi. Untuk tahap konstruksi dimulai awal tahun 2020 dan untuk masa operasi dimulai 2026,” ujar Nicke.
Di sisi lain, Gubernur Jawa Barat, M. Ridwan Kamil atau Emil mengatakan pihaknya berkomitmen memudahkan proses investasi tersebut. “Dan tugas Pemprov Jabar adalah mengamankan tata ruang dan penunjukan lokasi wilayah yang diminta Pertamina,” kata Emil.
Emil mengatakan keberadaan proyek tersebut akan menyerap 30 hingga 35 ribu tenaga kerja tenaga kerja yang mayoritasnya warga sekitar. “Sehingga berdampak terhadap kesejahteraan warga sekitar dan yang paling penting ibu Dirut sudah komit mayoritas pekerja asal Indramayu,” kata dia. (*/Dry)