Indonesiainside.id, Jakarta – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat, pada tahun 2019 ekspor crude palm oil (CPO) termasuk produk turunannya sebesar 36,17 juta ton, naik 4,2 persen dari tahun 2018 yang sebesar 34,7 juta ton. Cina merupakan tujuan ekspor minyak sawit terbesar Indonesia.
Ketua Umum Gapki Joko Supriyono mengatakan, nilai ekspor produk minyak sawit termasuk oleokimia dan biodiesel 2019 diperkirakan mencapai USD 19 miliar. Nilai ekspor ini sekitar 17 persen lebih rendah dari ekspor produk minyak sawit tahun 2018 yang nilainya sebesar USD 23 miliar.
“Cina naiknya cukup besar. Namun ke eropa turun, India juga turun paling banyak. Namun karena kenaiakan Cina dan Afrika besar bisa menutupi minus di tempat lain,” ungkap Joko, Senin (3/2).
Dia menjelaskan bahwa destinasi utama ekspor produk minyak sawit tahun 2019 selain oleokimia dan biodiesel Indonesia adalah Cina sebsar 6 juta ton, India 4,8 juta ton dan Uni Eropa 4.6 juta ton.
“Khusus untuk produk oleokimia dan biodiesel, ekspor terbesar adalah ke Cina 825 ribu ton diikuti oleh Uni Eropa 513 ribu ton,” tambahnya.
Selain itu, ekspor minyak sawit ke Afrika yang naik 11 persen pada 2019 dari 2,6 juta ton pada 2018 menjadi 2,9 juta ton. “Ini menunjukkan tren meningkat dari tahun ke tahun memberikan sinyal positif bagi untuk pasar produk minyak sawit Indonesia,” terang Joko.
Dia mengungkapkan, tahun 2019 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi industri sawit Indonesia. Implementasi RED II oleh Uni Eropa yang menghapuskan penggunaan minyak sawit sebagai bahan baku bioidiesel.
Kemudian perbedaan tariff impor produk minyak sawit Indonesia ke India, kemarau yang berkepanjangan dan perang dagang Amerika Serikat dan Cina. “Akibatnya harga CPO yang terus menurun merupakan tantangan utama yang dihadapi industri sawit hampir sepanjang tahun 2019,” terang Joko. (*/Dry)