Indonesiainside.id, Jakarta – Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono memperkirakan produksi minyak sawit tahun ini menurun dibandingkan tahun 2019. Penurunan ini disebabkan kemarau tahun lalu dan pengurangan takaran pupuk.
“Tahun 2020 saya prediksi Incremental produksi tidak setinggi tahun lalu. Suplai akan turun karena kekringan maupun pupuk,” ungkap Joko, Jumat (7/2).
Menurut BMKG, iklim tahun 2020 akan normal dan lebih baik daripada iklim 2019, musim kemarau diperkirakan akan dimulai pada bulan April-Mei. Namun, kata Joko, ada sejumlah faktor tahun lalu yang akan mempengaruhi produksi sawit tahun 2020.
Musim kering lebih panjang dari sebelunya. Bahkan sampai Novmber berapa derah baru hujan. Kebakaran tahun lalu intensitasnya mirip tahun 2015.
“Musim kekeringan tahun 2019 lebih panjang akan berdampak pada produksi sawit. Kebakaran lahantahun lalu intensitasnya mirip tahun 2015.Kekeringan bisa berdampak minimal 8 bulan sampai 1,5 tahun mempengaruhi produksi berikutnya. Kalau kekeringan tahun lalu dianngap siginifikan, maka produksi tahun ini akan berpengaruh,” ungkap Joko.
Kemudian, faktor keuangan lantaran dua tahun berturut-turut harga CPO rendah, sehingga banyak orang mengurangi pupuk. “Saya pernah tanya ke produsen pupuk penjualan turun, maka permintaan juga menurun,” ujar dia.
Menurut dia, adanya kesulitan keuangan menyebbakan beberapa pelaku itu mengurangi takaran pupuk, terutama petani. “Pupuk pengaruhnya bisa dua tahun ke depan. Jadi dua faktor itu mempengaruhi produksi sawit tahun ini,” jelas dia.
Dia memperkirakan, tahun 2019 produksi naik 4 juta ton, tahun ini tidak akan sampai angka itu. “Mungkin bisa separuhnya atau sepertiga. Incremental tahun ini lebih rendah daripada tahun lalu,” tambah dia.
Sementara itu, peremajaan tanaman (replanting) sawit petani tahun ini juga belum berpengaruh karena realisainya masih rendah dan program ini baru dimulai tahun 2018. “Paling tidak pengaruhnya lima tahun mendatang. Kalau jumlahnya luas akan berpengaruh pada produksi sawit nasional ke depam,” ucap Joko.
Gapki mencatat tahun 2019 produksi CPO (crude palm oil) sebanyak 47,18 juta dan PKO (palm kernel oil) sebesar 4,6 juta ton. (PS)