Indonesiainside.id, Jakarta – Anggota Komisi IV DPR RI Luluk Nurhamidah menilai target Kementerian Pertanian (Kementan) swasembada bawang putih itu mission impossible. Tanpa ada akselerasi penanaman bawang putih dan peningkatan produktivitas tanaman rasanya itu sulit terwujud.
Dia menyebutkan, luas tanam bawang putih saat ini sekitar 12.461 hektare (ha), padahal idealnya untuk mencapai swasembada bawang putih setidaknya 50.000 ha. Apalagi produktivitas bwang putih maksimum per ha hanya 10 ton.
“Jadi kalau bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri sebesar 500.000 ton, maka sekurang-kurangnya luas areal bawang putih mencapai 50.000 ha,” ujar dia di Gedung DPR, Senin (10/2).
Namun pada rencana Direktorat Jenderal Hortikultura tahun ini, kata dia, luas areal pengembangan hanya sekitar 5.453 ha dengan anggaran sekitar Rp 220 miliar. “Bagaimana mengejar ketertinggalan itu sekitar 50.000 ha tanpa diiringi dengan kecepatan tanam dan peningkatan produktivitas,” kata dia
Untuk iti, dia meminta Kementan membuat perencanaan yang terukur dan logis. “Sehingga kita sama-sama bisa memastikan dari sisi anggaran dan ketersediaan luasannya dimungkinkan atau tidak,” ujar politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini.
Sementara itu, kebutuhan bawang putih yang dipenuhi hampir 90 persen berasal dari impor, utamanya Cina. “Kenapa kita tergantung impor bawang putih dari Tiongkok. Padahal disitulah mulai musnahnya potensi bawang putih lokal,” kata dia.
Luluk mengungkapkan, sebelum dibukanya impor dari Cina pada tahun 1994 petani bawang putih banyak pergi ke tanah suci. Kala itu bawang putih sempat mendapat sebutan white diamond karena dapat dijadikan produk unggulan hortikultura indonesia, menjadi komoditas ekspor dan di dalam negeri tidak pernah kekurangan.
Akan tetapi, pada saat bawang putih impor asal Cina masuk tahun 1996 ke Indonesia. Bawang putih lokal kalah bersaing karena harganya 50 persen lebih murah. Disitulah pelan-pelan petani bawang putih gulung tikar.
Dia mengusulkan, pemerintah lebih baik menargetkan mengurangi impor bawang putih 50 persen ketimbang swasembada. Padahal kata dia, ada potensi pengembangan areal bawang putih di lereng Gunung Merbabu seluas 100.00 ha.
“Kenapa tidak dikembangkan disana melalui intervensi anggaran dan intensifikasi lahan bawang putih. Kebutuhan lahan 50.000 ha, sementara ada potensi lahan 100.000 ha di daerah Gunung Merbabu. Sebenarnya itu sudah cukup untuk bisa mewujudkan swasembada bawang putih,” ungkap dia.
Menurut dia, sekarang yang dibutuhkan adalah politik will dari pemerintah. “Jadi kemauan politik ini penting, karena dibalik itu ada kepentingan para importir bawang putih yang nanti bakal dirugikan,” ujar dia.
Disisi lain, lanjutnya, tidak ada hukuman (punishment) bagi perusahaan importir yang tidak menjalankan wajib tanam bawang putih itu. (*/Dry)