Indonesiainside.id, Jakarta-Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), Abdullah Mansuri, mengungkapkan keterbatasan stok gula kristal putih (GKP) atau gula konsumsi. Sudah dua minggu ini stok GKP tidak banyak di pasar.
Namun, dia membantah hal itu ada kaitannya dengan isu virus corona. Ia mengutarakan harga gula naik bukan karena adanya /panic buying/ akibat merebaknya virus corona di Indonesia.
“Memang harus kita akui musim panen tebu diperkirakan baru dua bulan lagi. Beberapa BUMN atau produsen gula itu stoknya mulai menipis,” ungkap Abdullah kepada Indonesiainside.id, Kamis (5/4) di Jakrta.
Dia menduga persoalan kenaikan harga gula akibat kurangnya kesiapan pemerintah dalam penyediaan stok. Selain itu, diperkirakan adanya penimbuhan oleh pihak yang ingin mencari keuntungan semata.
Abdullah menambahkan, pemerintah tidak menyiapkan kondisi ini jauh-jauh hari, apalagi ada dugaan penimbunan gula. Dia meyakini, masalahnya terletak di dua hal, yakni benar-tidaknya ada penimbun dengan memanfaatkan situasi panen yang masih lama untuk memainkan harga atau pemerintah tidak siap terhadap kondisi yang terjadi saat ini.
Dia menyebutkan, harga gula konsumsi di pasaran sudah menyentuh Rp 15.000 per kilogram (kg). “Ini merupakan kelangkaan yang cukup lama terjadi dan hampir satu bulan. Apalagi kita akan menghadapi bulan Ramadhan,” ujar dia.
Menurut dia, ini juga menjadi pukulan telak terhadap para pedagang dan konsumen jika harga pada saat ini sudah tinggi. Permintaan belum tinggi saja harganya sudah mahal dan ini menjadi permasalah tersendiri.
“Untuk itu kita harus serius menghadapi persoalan gula ini dengan hati-hati dan sesegera mungkin mengantisipasi agar pasokan tidak hilang dipasaran,” ungkap Abdullah. (AS)