Indonesiainside.id, Jakarta – Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 diprediksi bakal merosot semakin dalam menjadi 4,5 persen karena pandemi corona atau Covid-19.
Ekonom menilai, penurunannya bisa lebih parah dari dampak krisis keuangan global pada 2008-2009. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2009 tercatat sebesar 4,6 persen.
Institute Development for Economics and Finance (Indef) menyampaikan, sebelum pandemi terjadi, memperkirakan pertumbuhan ekonomi domestik sebesar 4,8 persen. Namun saat ini, Indef memperkirakan pertumbuhannya hanya 4,5 persen.
“Karena pandemi ini turut menganggu termasuk suplai chain global, sektor logistik, maka kemungkinan ekonomi jatuh 4,5 persen pada 2020,” ujar Ekonom Indef, Bhima Yudhistira pada acara Oppositien Leader Economic Forum di Jakarta Pusat, Jumat (13/3).
Bhima menjelaskan, faktor pemicunya lebih parah tahun ini daripada krisis 2008. Krisis bermula ketika BNP Paribas, Prancis tidak sanggup mencairkan sekuritas yang terkait dengan subprime mortgage di AS.
“Tahun 2008 faktor krisis hanya beberapa, salah satunya pecahnya obligasi perumahan. Lalu (di Indonesia) berjalan ke Bank Century yang di bail out Rp 6,7 triliun,” jelas Bhima.
Bulan-bulan pertama pada 2008, pasar saham global ambruk. Pada Oktober 2008, Lehman Brothers bangkrut dan menjadi korban terparah sepanjang krisis.
Mengutip BBC, ekonomi lalu berkembang melambat di tahun 2009 ke tingkat pertumbuhan yang lebih menengah, 2,8% per tahun, menurut Dana Moneter Internasional (IMF) – sementara negara industri menciut menjadi -3,4 persen.
Awal tahun 2009, angka pengangguran di Amerika Serikat pada bulan Desember 2008 tercatat sebesar 7,2 persen. Angkanya merupakan tingkat tertinggi dalam 16 tahun terakhir sebelumnya.
“Tahun 2008 episentrumnya di AS, hari ini (dari Cina) tersebar ke banyak tempat sekaligus. Negara di Amerika Latin banyak yang bergejolak,” tutur Bhima.
Pada tahun ini, menurut Bhima, banyak faktor penyerta pandemi terhadap ekonomi yang tidak bisa diprediksi. Belum ‘baikan’ betul perang dagang AS dengan Cina, dunia kembali dilanda kepanikan dengan perang harga minyak Arab Saudi dengan Rusia.
“Kita enggak tahu lagi setelah virus ada kejadian apalagi, tapi dibanding 2008 maka, kerugian ekonomi 2020 dua kali lipat banding 2008-2009,” imbuh Bhima.(EP)