Indonesiainside.id, Jakarta- penyebaran virus corona yang terus meluas di seluruh dunia bisa membuat pertumbuhan ekonomi global hanya 1,5 persen. Menurut pemerintah pertumbuhan ini lebih lemah daripada saat terjadi krisis global 2008-2009 lalu.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan proyeksi ini sangat dipengaruhi oleh beberapa sebab. Pertama lama penyebarannya, kedua pengendalian dan kemampuan ekonomi negara-negara di dunia dalam melakukan langkah minimalisasi dampak penyebarannya.
“Kalau pada 2007 yang sakit sektor keuangan merembet ke korporasi, kalau saat ini yang sakit orangnya dan meluas ke ekonomi,” ujar Menteri Sri Mulyani dalam telekonferensi di Jakarta, Rabu (18/3).
Dia menjelaskan bahwa kasus penyebaran virus corona di dunia sudah mencapai 194.656 kasus dengan korban meninggal 7.000 orang. Jumlah pasien yang sembuh jauh lebih besar dari pasien meninggal. Akan tetapi, fokus perhatian masarakat adalah pada besarnya jumlah korban meninggal.
“Ini menciptakan risiko besar pada seluruh ekonomi global karena penyebarannya lebih banyak di luar Cina dengan eskalasi luar biasa seperti di Italia, Inggris, AS, Korsel, Singapura, Jepang, dan juga Indonesia yang jadi perhatian seluruh dunia,” imbuh Menteri Sri Mulyani.
Dia mengatakan penyebaran virus corona memerlukan langkah pencegahan berupa isolasi sehingga aktivitas masyarakat dalam melakukan kegiatan sehari-hari juga berkurang. Ini berdampak pada permintaan konsumsi serta suplai produksi yang terdisrupsi.
Oleh karena itu, Menteri Sri Mulyani mengatakan berdasarkan risiko yang ada, Organization for Economic Cooperation and Development (EOCD) awalnya memperkirakan ekonomi global turun hanya 0,5 persen menjadi 2,4 persen, kini diperkirakan bisa semakin memburuk dengan pertumbuhan hanya 1,5 persen.
“Sementara perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah 4,8 persen pada 2020 dan 5,1 persen pada 2021 berdasarkan asumsi OECD,” jelas Menteri Sri Mulyani.
Dia menjelaskan penyebaran virus corona yang awalnya hanya terjadi di Cina. Kemudian berdampak pada ekonomi Indonesia melalui sektor pariwisata, perdagangan, dan rantai pasok yang terhambat karena disrupsi produksi di Cina.
Selain itu, tindakan pencegahan penyebaran virus melalui bekerja dari rumah, karantina mandiri, dan pencegahan lainnya akan memengaruhi kegiatan sosial ekonomi masyarakat dari sisi konsumsi. Kinerja ekspor Indonesia juga akan terpengaruh oleh kondisi ekonomi di negara tujuan ekspor yang melemah. (CK/AA)