Indonesiainside.id, Kuala Lumpur – Mantan Perdana Menteri Malaysia Dr Mahathir Mohamad menegaskan keprihatinannya atas penurunan ekonomi yang disebabkan oleh wabah Covid-19. Menurutnya wabah ini membawa celaka bagi ekonomi dunia.
“Apa yang terjadi di Malaysia juga terjadi di seluruh dunia. Industri harus tutup atau setidaknya mengurangi produksi. Ekspor dan impor akan terdampak,” ujar Mahathir, Senin(23/3) di dalam blognya, mengutip MalaysiaKini.
Menurutnya, situasi ekonomi kini sedang turun. Fakta saat ini juga menunjukkan, sebagian besar negara akan menderita. “Sebenarnya, kita semua dalam bahaya,” katanya.
Mahathir juga mengingatkan bisnis skala kecil dan menengah akan menderita “kerugian besar,” sementara industri penerbangan dan pariwisata juga akan jatuh.
“Pekerja akan menderita karena mereka mungkin diberhentikan. Majikan juga tidak akan bisa mendapat untung untuk membayar pekerja mereka,” katanya.
Dijelaskannya, Malaysia menghadapi tantangan besar karena ketergantungan anggaran pada industri minyak dan gas.
“Di Malaysia, industri perminyakan tidak besar. Tetapi merupakan kontributor utama bagi pendapatan pemerintah …Paket stimulus (ekonomi) melibatkan peningkatan pengeluaran pemerintah dan mengurangi pendapatan pajak,” katanya.
Pendapatan pemerintah Malaysia, kata Mahathir, akan turun 50 persen karena penurunan harga minyak dunia, karena anggaran negara pada 2020 didasarkan pada pendapatan yang diharapkan Petronas sebesar USD 63 per barel.
Dia menambahkan bahwa ini akan berarti bahwa pendapatan pemerintah dapat dikurangi RM30 miliar. Hingga saat ini, harga minyak mentah Brent adalah 25,89 dolar AS per barel.
Pada 16 Maret, Mahathir Mohamad mengatakan situasi saat ini wabah Covid-19 lebih buruk daripada krisis ekonomi yang dihadapinya pada tahun 1997. “Ini lebih buruk daripada krisis keuangan,” katanya dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg TV.
“Ini merupakan pukulan luar biasa bagi perekonomian dunia,” katanya, menjelaskan kepercayaan investor saat ini sangat rendah.
Negara ekonomi besar di seluruh dunia juga mengeluarkan paket stimulus untuk mengatasi penurunan ekonomi.
Sebagai contoh, Amerika Serikat bermaksud untuk menyediakan paket stimulus 1 triliun dolar Amerika, lebih besar daripada suntikan dana untuk krisis keuangan 2008. Dengan target total 250 miliar dolar AS dalam bantuan langsung, dalam bentuk pembayaran 1.000 dolar AS untuk setiap warga negaranya.
Sementara itu, Selandia Baru mengumumkan paket pengeluaran 12,1 miliar dolar New Zealand atau setara dengan empat persen dari PDB, dalam upaya untuk mengatasi dampak ekonomi dari wabah Covid-19.
Ini termasuk subsidi pendapatan, memperkuat sektor jasa, bantuan tunai untuk keluarga berpenghasilan rendah dan kesejahteraan sosial serta melibatkan pekerja yang sedang berlibur atau pekerja yang harus menjaga anggota keluarga positif Covid-19.
Pekerja penuh waktu Selandia Baru menerima 585 dolar NZ per minggu, sementara pekerja paruh waktu mendapat 350 dolar NZ seminggu.(EP)