Indonesiainside.id, Jakarta – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan dirinya harus berkomunikasi intens dengan investor global dan lembaga pemeringkat, sejak kemarin perihal angka skenario what if. Hal itu lantaran, beberapa berita soal nilai tukar rupiah berpotensi bergerak ke Rp17.500 sampai Rp20.000 per dolar AS.
“Pagi pukul 8.30 WIB, tadi berkomunikasi dengan investor Amerika dan Asia, sore nanti dengan investor Eropa. Hal itu untuk memberikan penjelasan langsung dari saya terhadap kemarin dikemukakan soal pergerakan rupiah,” ujar Perry, di telekonferensi BI, Jakarta, Kamis (02/4).
Sementara itu, kemarin, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menggelar konferensi pers bersama BI, OJK, LPS, dan Kemenko Bidang Perekonomian. Dalam paparannya, Sri Mulyani sempat menyinggung nilai tukar rupiah yang berpotensi di level Rp17.500 per dolar AS dan pada skenario berat hingga Rp20.000 per dolar AS.
Setelah konferensi pers, di pemberitaan muncul dan menyebut pemerintah memproyeksikan nilai tukar rupiah bakal bergerak sampai ke level Rp20.000. Oleh karena itu, Perry mempertegas bahwa angka tersebut merupakan skenario what if, bukan proyeksi.
Menurut Perry, angka skenario what if itu dilatarbelakangi oleh kondisi yang terjadi pada Sabtu dan Minggu. Pada dua hari itu terjadi pergerakan manusia besar-besaran.
Perry mengatakan, saat itu terjadi pergerakan manusia dari Jakarta ke sejumlah daerah, seperti Jawa Barat, semarang, hingga Jawa Timur. Dia mengkhawatirkan pergerakan itu menyebabkan penyebaran virus corona meluas.
“Skenario what if itu hanya akan muncul, jika penyebaran semakin meluas. Serta tidak dilakukan langkah antisipasi bersama oleh pemerintah,” imbuh Perry. (MSH)