Indonesiainside.id, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan mengatakan, pemerintah menargetkan ekspor udang vaname dapat mengalami peningkatan sebesar 250 persen hingga 2024. Budidaya udang vaname ini bisa dijadikan proyek strategis nasional
Dia menyebutkan, permintaan pasar dunia akan udang vaname ini sangat tinggi, sekitar Rp90 triliun, maka itu akan ditargetkan untuk 2024. Budidaya udang vaname ini, menurut Luhut dapat dijadikan sebagai proyek strategis nasional, yang dampaknya dapat membuka lapangan kerja lebih luas lagi bagi masyarakat.
Luhut juga meminta Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo, agar berfokus dalam hal budidaya, kalender pendanaan, dan diadakan pelatihan-pelatihan di setiap daerah potensial. “Saran saya sebelum bulan suci Ramadhan, sudah ada laporan mengenai berapa kebutuhan di setiap daerah,’ ungkap Luhut di Jakarta, Rabu (8/4).
Selain itu, usaha kecil menengah (UKM) juga disinergikan dan perbankan dan perlu didorong agar masuk di proyek ini. “Salah satu kuncinya ada di pelatihan, jadi masyarakat bisa lebih profesional dan mempunyai manajemen yang baik dalam mengelola tambak,” tambahnya.
Adapun nilai produksi pada 2019 senilai Rp36,22 triliun dan menjadi besar pada 2024, sebesar Rp 90.30 triliun. Produksi dari 517.397 ton pada 2019, menjadi 1.290.000 ton pada 2020. “Target kawasan, dibutuhkan sekitar 86 ribu hektar lahan tambahan hingga tahun 2024,” jelasnya.
Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves, Safri Burhanuddin juga menambahkan, pihaknya akan membantu mengoordinasikan kementerian/lembaga (k/l), untuk merevitalisasi lahan-lahan tambak eksisting atau yang sudah ada sebelumnya.
Sementara itu, Kementerian PUPR mendukung untuk revitalisasi tambak garam dan tambak ikan atau udang dengan pembangunan dan rehabilitasi jaringan tata air tambak (pembangunan saluran dan bangunan pengambilan/pembawa/pencampuran air laut dan air tawar, serta jalan inspeksi). Target di tahun 2020-2024 berupa Pembangunan jaringan tata air tambak seluas 48,2 ribu hektar atau senilai Rp2,3 triliun dan Rehabilitasi jaringan tata air tambak seluas 82,9 ribu hektar senilai Rp1,9 triliun. (MSH)