Indonesiainside.id, Jakarta – Kemarin, dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi XI DPR RI, Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengatakan ada beberapa bank berpotensi gagal. Namun, hal itu langsung dibantah.
“Sehubungan dengan munculnya informasi beredar soal terdapat delapan bank yang berpotensi gagal. Kami ingin menegaskan hal tersebut tidak benar,” ujar Sekretaris LPS Muhamad Yusron, Jakarta, Jumat (10/4).
Menurut Yusron, dalam hal skenario. LPS secara berkala membuat skenario yang bertujuan menguji kecukupan dana LPS, dalam melaksanakan fungsinya menjamin simpanan nasabah dan resolusi bank.
“Dalam situasi normal, skenario yang digunakan LPS adalah menangani 1 bank kecil, 1 bank menengah besar, dan 5 BPR. Dalam situasi tidak normal, kemampuan pendanaan LPS dewasa ini mampu menangani 4 sampai 5 bank kecil dan sebagian bank menengah,” imbuh Yusron.
Sebagai informasi, kondisi perbankan masih stabil, hal ini ditunjukan dari beberapa indikator per Februari 2020. Antara lain tingkat permodalan mencapai 22,27%, kondisi likuiditas yang relatif cukup dengan Loan to Deposits Ratio atau LDR mencapai 91,76%
Beberapa bank bahkan memiliki LDR lebih rendah. Terutama BUKU 1 dan 2 yang berada di level 81-82%. Sementara itu, risiko kredit (NPL gross) terpantau stabil di level 2,79% dengan Return on assets (ROA) 2,46%.
Selain itu, simpanan juga masih menunjukkan pertumbuhan year on year sebesar 9,79%. Tren rata-rata suku bunga simpanan industri perbankan masih turun menjadi 5,50%.
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Lana Soelistianingsih mengatakan pihaknya sudah melakukan stress test dan menemukan 8 bank dengan potensi bank gagal. Namun, LPS baru bisa menghitung tepat bank gagal tersebut kalau daftar banknya sudah diserahkan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Ada potensi 8 bank yang dalam potensi kriteria yang ada (kriteria bank gagal). Itu semua sangat tergantung kapan diserahkan kepada LPS,” ujar Lana, di Raker virtual DPR RI, Jakarta, Kamis (9/4).
“LPS, pada saat bank dalam pengawasan intensif karena berpotensi jadi bank gagal. Ini sangat membantu termasuk kita bisa memilih resolusi paling murah ketika bank itu jadi bank gagal,” imbuh Lana. (PS)