Indoensiainside.id, Jakarta – Direktur Utama PT Bio Farma (Persero), Honesti Basyir mengatakan, impor bahan baku obat masih tinggi karena industri kimia dasar Indonesia, yang mengelola bahan baku mentah obat-obatan masih belum sebaik India dan Cina.
“Masalah bahan baku, lebih dari 90% bahan baku itu impor tapi ini tak murni hanya masalah farmasi. Karena ada industri hulu yang berkepentingan yaitu industri kimia dasar,” ujar Honesti, dalam rapat virtual dengan DPR RI, Jakarta, Selasa (21/4).
“Kondisi kimia dasar kita belum sebaik India dan Cina. Kadang juga impor lebih menarik daripada bikin bahan dasar sendiri,” imbuh Honesti.
Sementara Honesti mengaku, menuju nol persen impor bagi BUMN farmasi masih susah hingga lima tahun ke depan. Oleh karena itu hal yang lakukan adalah mengurangi impor bahan baku.
“Jika kita meminta industri kimia dasar perbaiki kompetensi, itu dibutuhkan waktu dan investasi. Terkadang kita dilema bisnis harga impor lebih menarik daripada investasi industri kimia dasar. Tapi itu tak buat kami patah semangat untuk bangun pabrik bahan baku sendiri, untuk mengurangi ketergantungan impor terhadap bahan baku dari negara lain,” ujar Honesti.
Honesti juga mengaku, pihak dia sudah membuat roadmap, di tahun 2021 untuk mengurangi impor dari 90% ke 75%.
Sebelumnya, Kementerian BUMN mengaku resah melihat betapa tergantungnya industri farmasi di Tanah Air terhadap bahan baku obat dan alat kesehatan dari luar negeri. Meski menjadi tantangan namun pandemi corona harus dijadikan momentum bagi industri di Indonesia untuk mandiri.
“Kita tidak bisa bergantung pada luar negeri, karena negara kita sangat besar. Saat ini, 90 persen bahan baku untuk industri obat kita dari luar negeri, demikian juga alat kesehatan, mayoritas dari luar negeri,”kata Menteri BUMN, Erick Thohir.
Erick menilai sudah saatnya Indonesia serius mendorong ketahanan kesehatan dengan membuat bahan baku obat dan alat kesehatan sendiri. “Sehingga tak usah melakukan impor untuk bahan baku obat dan alat kesehatan,” katanya.
Itu karena, ketergantungan bahan baku obat dan alkes dari luar negeri menjadi persoalan bagi bangsa ketika terjadi situasi yang tidak biasa, terutama saat pandemi corona.
BUMN saat ini didorong mengikis ketergantungan impor bahan baku obat dan alat kesehatan dengan mendorong produksi lokal. Perusahaan pelat merah juga harus bisa mewujudkan food security (ketahanan pangan), energy security (ketahanan energi), dan health security (ketahanan kesehatan).
Erick menyebut pandemi corona merupakan sebuah momentum bagi bangsa untuk bergotong royong, meski tantangannya besar. “Namun hal itu bukan berarti mustahil dilakukan,” ujarnya.