Indonesiainside.id, Jakarta – Desakan untuk Bank Indonesia (BI) agar mencetak uang dinilai hanya akan memperburuk perekonomian nasional. Tindakan ini disebut justru akan membuat inflasi semakin tinggi.
“Ini akan berbahaya karena bisa menjadi inflasi yang sangat-sangat tinggi atau hyper inflasi,” kata Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI Bidang Ekonomi dan Keuangan, Ecky Awal Mucharam di Jakarta, Kamis (30/4).
“Kalau sudah demikian maka akan memukul daya beli rakyat. Jadi pencetakan uang yang berlebihan akan menjadi beban bagi rakyat keseluruhan. Rakyat banyak yang harus membayar, yang menikmati hanya segilintir orang atau kelompok. Ini berbahaya,” ungkapnya.
Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR, MH Said Abdullah, mengusulkan agar BI mencetak uang Rp400 sampai Rp600 triliun. Said menganggap tindakan ini bisa menjadi penopang dan opsi pembiayaan yang dibutuhkan oleh pemerintah dalam menangani Covid-19.
Ecky bilang usulan tersebut bukan usulan resmi dari DPR. “Itu hanya usulan pribadi. Kami tidak sependapat dengan usulan tersebut. Dan dalam pembahasan dengan Komisi XI, Bank Indonesia juga telah menyampaikan tidak mengarah ke sana,” ungkapnya.
Sampai saat ini pelaksanaan kebijakan QE sebagaimana dijelaskan BI belum dalam pencetakan uang baru. Tetapi pelonggaran likuditas melalui beberapa instrument moneter yang dimiliki.
Yaitu pembelian SBN dipasar sekunder yang dilepas oleh investor asing, pelonggaran rasio GWM, penyediaan likuiditas perbankan melalui mekanisme repo, yang secara total BI telah menjalankan kebijakan pelonggaran likuditas mencapai Rp420 triliun. (ASF)