Indonesiainside.id, Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini ditutup melemah 218 poin di level Rp15.100 per dolar AS. Pelemahan ini didorong oleh sentimen dalam negeri terkait pemurunan Indeks manufaktur Indonesia.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, adanya laporan IHS Markit melaporkan Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia di angka 27,5. Jauh menurun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 43,5. Ini menjadi yang terendah sepanjang pencatatan PMI yang dimulai sejak April 2011.
Indeks dari Markit menggunakan angka 50 sebagai batas, di bawah 50 artinya kontraksi, sementara di atas berarti ekspansi. “Data terbaru tersebut menunjukkan kontraksi sektor manufaktur Indonesia yang semakin dalam, akibatnya kinerja rupiah semakin terpuruk,” kata Ibrahim, Senin (4/5)
Dalam laporan itu, kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam rangka memerangi Covid-19 menjadi penyebab kontraksi tersebut. Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pada April 2020 terjadi inflasi sebesar 0,08 persen.
Adapun secara tahunan inflasi berada di 2,67 persen. Dari 90 kota, BPS melaporkan 39 kota mengalami inflasi dan 51 kota terjadi deflasi.
Situasi Covid-19 ini menyebabkan pola tidak biasa. Permintaan harusnya meningkat apalagi memasuki bulan puasa dan Idul Fitri.
“Rendahnya inflasi tersebut menjadi salah satu indikasi penurunan daya beli masyarakat yang menurun, akibat banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) serta penerapan PSBB di beberapa wilayah Indonesia. Virus corona terus menunjukkan dampak buruknya ke perekonomian,” ungkap Ibrahim. (MSH)