Indonesiainside.id, Jakarta – Banjirnya telur infertil atau telur HE yang berasal dari telur perusahaan pembibitan ayam pedaging (broiler) di pasaran menyebabkan harga telur ayam jatuh. Untuk itu, pemerintah diminta menindak tegas perusahaan yang melanggar aturan.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Atung mengatakan, dalam peraturan Menteri Pertanian telur infertile dilarang dijual ke pasar. Namun yang terjadi di lapangan telur HE menbanjiri pasar.
“Harga telur hancur di tingkat peternak ayam petelur (layer). Bahkan akhir April peternak rugi hingga Rp5.000 per kilogram (kg),” ujar dia kepada Indonesiainside.id, Rabu (6/5)
Untuk itu, dia meminta pemerintah menindak tegas perusahaan broiler yang menjual telurnya ke pasar. Meskipun dalam kondisi Covid-19 ini sulit dilakukan karena penjualan produk peternakan ayam memang sedang melorot.
“Akibat perusahaan pembibitan ayam tidak patuh terhadap aturan, peternak yang menjadi korban karena harga telur ayam jatuh,” kata dia.
Atung menyebutkan, produksi telur nasional sekitar 10.000-11.000 ton per hari. Normalnya stok tersebut habis dalam sehari. Namun saat ini, kata dia, tiga atau empat hari stok telur masih menumpuk karena sepinya permintan.
Rembesnya telur HE di pasar ini merusak pasar telur ayam peternak. Atung menyebutkan, biasanya minggu pertama bulan puasa permintaan tinggi dan seminggu menjelang Hari Raya Idul Fitri permintaan dan hrag telur ayam melonjak.
“Minggu pertama puasa harga telur naik karena permintaan tinggi, namun sekarang harga jatuh. Minggu kedua dan ketiga kembali turun. Kemudian minggu keempat menjelang Hari Raya Idul Fitri kembali naik. Namun sekarang terbalik minggu pertama harga telur sudah hancur,” unngkap dia.
Atung mengatakan, pada akhir April 2020 harga telur ayam jeblok di pasar. Harga telur di Jawa Timur Rp10.500 per kg, Jawa Tengah Rp11.000-12.000 per kg dan Jawa Barat Rp12.000 per kg.
Namun saat ini harga telur ayam mulai merangkak naik seiring perusahaan pembibitan ayam mulai menetaskan stok telurnya. Atung memperkirakan harga telur ayam di tingkat peternak berkisar Rp17.000-18.000 per kg.
Dia pun tidak menjamin perusahaan tersebut bisa menahan stok telur ayam di kandang lebih lama. Ujungnya nanti perusahaan menjual ke pasar lagi, imbasnya harga telur kembali jatuh.
Atung mengungkapkan, dampak pandemi Covid-19 ini memukul industri makanan, restauran dan hotel. Ini berdampak pada turunnya permintaan telur ayam karena pabrik roti dan restoran banyak yang tutup,” ungkap dia (MSH)