Indonesiainside.id, Jakarta – Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ridwan Kamil menyoroti pentingnya keadilan fiskal, yakni perspektif anggaran yang perlu diterapkan pemerintah pusat ke daerah harus berdasarkan jumlah penduduk, bukan jumlah wilayah. Dia mengatakan, Provinsi Jabar memiliki jumlah penduduk lebih besar namun anggaran yang diberikan pemerintah pusat lebih sedikit dibanding provinsi lain yang penduduknya lebih sedikit, contohnya berkaitan dana desa yang dibagikan berdasarkan jumlah desa bukan jumlah penduduk.
“Jadi, ada ketidakadilan fiskal. Cara pemerintah pusat memberikan dana kepada daerah, proporsi penduduk itu tidak pernah dijadikan patokan dan terasanya itu pada saat Covid-19, anggaran sedikit penduduk kita (Jabar) banyak, sementara provinsi lain penduduknya sedikit anggarannya lebih banyak, maka menolong orangnya akan lebih berkualitas,” kata Kang Emil sapaan akrabnya, saat menjadi pembicara di Webinar Seri 4 Institut Pembangunan Jawa Barat (Injabar) Universitas Padjadjaran (Unpad) dari Gedung Pakuan, Kota Bandung, Kamis (7/5).
Ia mengatakan, dampak ekonomi-sosial dari pandemi Covid-19 membuat kurang lebih 2/3 dari total populasi Jabar membutuhkan bantuan negara. Menurut dia, kepekaan atau solidaritas sosial diperlukan untuk membantu sesama, khususnya bertepatan momentum bulan suci Ramadan. “Bahwa Covid-19 ini adalah perang yang meluluhlantahkan semua dimensi pembangunan, tidak hanya kesehatan, ekonomi, sosial, dan lain sebagainya,” katanya.
Ia menjelaskan, terdapat peningkatan jumlah peduduk Jabar yang diberi subsidi yakni dari 9,4 juta jiwa menjadi 38 juta jiwa atau lebih dari 2/3 dari total 50 juta jiwa populasi di Jabar. Adapun kepadatan penduduk Jabar yang perlu dibantu mayoritas ada di wilayah selatan. “Jadi, bapak dan ibu, 2/3 rakyat Jawa Barat hari ini meminta tanggungan dari negara. Dari 9,4 juta jiwa sekarang lompat menjadi 38 juta jiwa,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan bahwa saat ini Jabar mampu mengetes kurang lebih 2.000 sampel per hari dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) di 15 laboratorium. Selain itu, Jabar juga memiliki 54 lokasi pemakaman yang telah disiapkan untuk korban meninggal Covid-19.
“Dari jumlah 400-an (pasien) di akhir April, seminggu (awal Mei) ini sudah tinggal 300-an pasien positif yang ada di rumah sakit. Ini ada anomali, berita baik ini tolong sampaikan ke para dokter dan tenaga kesehatan bahwa di Jawa Barat jumlah pasien positif yang dirawat di rumah sakit turun,” tutur dia.
Kemudian angka kematian (akibat Covid-19) juga turun, dari tujuh kematian per hari sekarang jadi empat kematian per hari. “Juga jumlah kesembuhan naik dua kali lipat, sehingga kita berharap tren positif ini terjaga,” katanya.(PS)