Indonesiainside.id, Jakarta – PT Pupuk Indonesia (Persero) mencatat ekspor produk pupuk maupun non pupuk meningkat seiring tingginya permintaan di pasar internasional . Hingga 7 April 2020, telah mengekspor produknya yakni pupuk dan non pupuk dengan volume sebesar 843.072 ton.
Adapun produk yang diekspor terdiri dari 556 ton Alumunium Flourida, 187.515 ton Amoniak, 27.500 ton NPK dan 627.501 ton Urea. “Capaian ekspor tersebut meningkat jika dibandingkan tahun lalu, hal tersebut dikarenakan sedang tingginya kebutuhan di pasar internasional,” kata Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Aas Asikin Idat, Jumat (8/5).
Aas menegaskan, ekspor sendiri hanya bisa dilakukan apabila kebutuhan dalam negeri sudah terpenuhi, khususnya untuk sektor pangan dan pupuk bersubsidi. “Para produsen pupuk sebisa mungkin terus melakukan penjualan ekspor untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dengan menyumbang devisa negara dan kembali memperkuat nilai rupiah, namun dengan tetap mengutamakan pemenuhan pupuk dalam negeri,” ungkap dia.
Ekspor tersebut dilakukan Pupuk Indonesia melalui empat produsen yang tergabung dalam Holding BUMN Pupuk, yaitu PT Pupuk Kujang Cikampek, PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kaltim dan PT Pupuk Sriwidjaja Palembang. Ekspor ini pun dimungkinkan lantaran stok kebutuhan dalam negeri saat ini sudah melebihi batas ketentuan stok dari Pemerintah hingga tiga kali lipat, yaitu 1.049.541 ton dari ketentuan sebesar 351.517 ton.
Tujuan ekspor terbesar Pupuk Indonesia didominasi negara-negara Asia seperti Filipina, Vietnam, Jepang, India, Thailand, Taiwan, Singapura Malaysia, Korea Selatan dan China. Selain Asia, negara benua lain seperti Australia, Amerika Serikat, Meksiko, Chile, Afrika Selatan, Kolombia, dan Mesir masih menjadi tujuan ekspor dengan permintaan yang cukup besar untuk produk Urea.
Sementara itu, penjualan produk pupuk sepanjang kuartal I 2020 mencapai 3.804.530 ton atau meningkat 17,73 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 3.231.522 ton.(PS)