Indonesiainside.id, Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam perdagangan hari ini ditutup menguat tipis 25 poin dilevel Rp14.860 per dolar AS. Penguatan ini lantaran optimisme pasar terhadap pelonggaran karantina wilayah (lockdown) di Uni Eropa tidak berujung pada lonjakan jumlah kasus penderita Covid-19.
“Pasar kembali bergairah, menyusul ekspektasi pelonggaran karantina wilayah (lockdown) di Benua Biru tidak berujung pada lonjakan jumlah kasus penderita Covid-19. Angka penularan virus Covid-19 di Jerman dilaporkan masih terjaga jelang pemberlakuan pelonggaran lockdown,” kata Direktur TRFX Garuda BerjangkaIbrahim, Jumat (15/5).
Selain itu, pemerintah Prancis di menegaskan bahwa semua bangsa harus memiliki akses yang setara atas vaksin corona yang dikembangkan oleh raksasa farmasi miliknya Sanofi. Penyataan itu menanggapi rencana perseroan untuk memprioritaskan pasar utamanya di AS.
Kemudian dari Cina, output industri di bulan April dilaporkan tumbuh 3,9 persen year-on-year (YoY). Hal tersebut tentunya memberikan harapan perekonomian global bisa segera bangkit setelah pandemi Covid-19 berhasil diredam.
Sementara itu, Bank Sentral AS menyatakan tidak akan menerapkan suku bunga negatif, namun The Fed akan kembali menggelontorkan stimulus tak terbatas. Walaupun ekonomi sudah kembali berjalan pasca lockdown, namun masih butuh waktu cukup lama untuk pemulihan ekonomi.
“Sehingga The Fed masih terus waspada dalam mengantisipasi pertumbuhan ekonominya setelah pandemi virus corona berakhir,” ujar Ibrahim.
Dari dalam negeri , Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia defisit US$ 350 juta secara bulanan pada April 2020 di tengah wabah Covid-19. Posisi ini berbanding terbalik dari Maret 2020 yang surplus US$743 juta.
Jika diakumulasi, neraca perdagangan pada Januari-April 2020 tercatat surplus sebesar US$ 2,25 miliar. Posisi ini berbanding terbalik dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang defisit sebesar US$2,56 juta.
“Surplus terjadi karena nilai ekspor mencapai US$12,19 miliar. Sementara nilai impor lebih besar dibandingkan ekspor, yakni US$12,54 miliar. Meski defisit, tapi masih lebih baik dari prediksi awal,” ungkap dia.(PS)