Indonesiainside.id, Jakarta – PT Pupuk Indonesia Persero memperikan biaya produksi pupuk mengalami kenaikan akibat dampak Covid-19. Selain itu, permintaan pupuk dalam negeri dan ekspor juga mengalami penurunan.
Wakil Direktur Utama PT Pupuk Indonesia Imam Apriyanto Putro mengungkapkan, adanya Covid-19 itu berdampak kepada penurunan permintaan pasar dalam negeri. Ada penutupan beberapa distributor kios pupuk karena pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah.
“Penurunan permintaan juga terjadi pada industri perkebunan. Beberapa klien menghentikan operasi di perkebunan guna membatasi gerak para pekerjanya,” kata dia dalam sebuah dikusi daring di Jakarta, Rabu (20/5).
Selain itu, kata dia, pandemi ini menimbulkan resiko suplai dan biaya bahan baku yang meningkat karena ada beberapa vendor di India dan Yordania yang tutup. Meskipun Cina tetap berproduksi.“Bahan baku pupuk urea berasal dari gas, NPK dari phospat dan kalium. Semua bahan baku itu impor dari luar negeri karena tidak ada pasokan dari dalam negeri,” ujar dia.
Kemudian resiko logistik dari penutupan penyedia jasa angkutan akibat diterapkan PSBB di beberapa daerah dan ini bisa menggangu mobilitas jasa pengiriman pupuk ke daerah. “Namun kita tetap menjaga kebutuhan pupuk di gudang-gudang dan suplai pupuk kami memcukupi apabila para petani membutuhkan pupuk,” jelas dia.
Imam menambahkan, biaya produksi juga meningkat karena ada kenaikan harga bahan baku yang berasal dari impor terutma phospat dan kalium. Sementara gas menggunakan nilai tukar dolar untuk membeli bahan baku ini dari luar negeri.
Ekspor juga akan tergangu karena terjadi pelambatan ekonomi, sehingga permintaan dari negra luar terhadap produk pupuk indonesia juga akan menurun. “Cina dan India diperkirakan turun 12 persen sejak Februari 2020 dan saat ini India merupakan ngara importir terbesar pupuk indonesia,” jelas dia.(PS)