Indonesiainside.id, Jakarta – Peningkatan aktivitas ekonomi lewat penerapan normal baru diperkirakan belum akan terjadi. Pasalnya, masyarakat masih menahan pengeluaran untuk membeli kebutuhan sekunder.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Aviliani mengatakan, pandemi Covid-19 membuat pendapatan masyarakat menurun. Sehingga pola konsumsi masyarakat ikut berubah dnegan lebih mengutamakan kebutuhan primer.
“Kalau sekarang suruh belanja baju di mal mungkin dia enggak akan mau, jadi kebutuhan sekunder tidak otomatis (meningkatkan pertumbuhan konsumsi),” kata dia dalam webinar, Jumat (12/6).
Bagi kalangan pengusaha, Aviliani menyarankan agar mengubah lini produksinya ke arah kebutuhan primer saat ini. Sehingga, kegiatan industri masih bisa bertahan di tengah perlambatan konsumsi yang terjadi.
“Misalnya perusahan garmen jadi masker, batik karena banyak di rumah banyak shalat akhirnya dibuatlah batik menjadi sajadah. Jadi core bisnisnya tetap, tapi produknya berubah menjadi sesuai dengan fungsi yang dibutuhkan masyarakat,” katanya.
Meski demikian, perlu upaya yang lebih besar, khususnya bagi UMKM karena mengubah lini produksi ini tidak mudah. “Jadi new normal belum bisa dianggap sebagai munculnya lapangan kerja yang begitu cepat. Mungkin baru 20 atau 30 persen akan tumbuh,” imbuhnya. (SD)