Indonesiainside.id, Jakarta – Sebanyak 81 persen warga Indonesia yang disurvei Saiful Muljani Research and Consulting (SMRC) mengetahui adanya penerapan normal baru atau new normal. Dari kelompok tersebut, sebanyak 79 persen mengatakan normal baru sebaiknya dilakukan meski kasus penularan Covid-19 belum menurun.
Sementara yang tidak setuju ada 15 persen. Lebih spesifik lagi, 92 persen setuju dengan kebijakan pemerintah yang telah melonggarkan aturan bekerja di luar rumah. Demikian juga, 93 persen setuju dengan kebijakan pemerintah yang telah melonggarkan aturan penggunaan tempat ibadah.
Lalu 90 persen setuju dengan kebijakan pemerintah yang telah melonggarkan aturan penggunaan transportasi umum. Survei dilakukan melalui wawancara per telepon pada 1978 responden di seluruh Indonesia (dengan margin of error 2,2%) pada 18-20 Juni 2020.
Direktur Komunikasi SMRC, Ade Armando mengatakan, kesetujuan warga terhadap normal baru ini berkorelasi dengan pandangan warga tentang kondisi ekonomi. Sekitar 85 persen merasa keadaan ekonomi nasional sekarang lebih buruk dibanding tahun lalu.
Survei juga menemukan, 71 persen warga merasa kondisi ekonomi rumah tangganya sekarang lebih buruk atau jauh lebih buruk dibanding sebelum ada wabah Covid-19. Sekitar 76 persen mengaku pendapatan merosot setelah adanya wabah.
“Di sisi lain, persentase penilaian negatif ini menunjukkan penurunan dibandingkan survei sebelumnya. Sentimen negatif paling tinggi terhadap ekonomi nasional mencapai 92 persen pada 12-16 Mei 2020. Namun setelah itu perlahan menurun menjadi 85% dalam survei terakhir 18-20 Juni 2020,” kata Ade, Kamis (25/6).
Survei ini menunjukkan mayoritas warga bersedia melakukan protokol kesehatan sebagaimana dianjurkan pemerintah. Mayoritas warga mengaku sering/selalu menerapkan aturan kesehatan seperti mengenakan masker keluar rumah (91%), mencuci tangan dengan sabun (96%) dan menjaga jarak (86%) dalam pergaulan sehari-hari.
“Yang masih sulit dilakukan adalah menghindari kerumunan. Mayoritas warga, 74 persen, mengaku pernah setidaknya sekali dalam seminggu terakhir berada di kerumunan atau mengikuti kegiatan yang dihadiri lebih dari 5 orang. Yang tidak pernah hanya 19 persen,” tutur Ade dalam paparan pers bertajuk Kondisi Ekonomi Masa Covid-19 dan Respons Kebijakan.
Dukungan terhadap kebijakan normal baru terlihat di seluruh daerah. Persentase tertinggi warga yang mendukung pemberlakukan Normal Baru saat ini adalah DKI Jakarta dengan 91persen, sementara terendah adalah Bali dan Nusa Tenggara yang hanya 67 persen. (ASF)