Indonesiainside.id, Jakarta – Malang tak dapat ditolak, keberuntungan pun tak dapat dikejar. Begitulah kondisi nasional saat ini, di mana kasus Covid-19 terus naik, namun pertumbuhan ekonomi malah melorot. Bahkan turun drastis akibat Covid-19.
Penurunan pertumbuhan ekonomi paling dirasakan di Jakarta. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akhirnya mengajukan pinjaman untuk program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebesar Rp12,5 triliun kepada pemerintah pusat melalui PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero).
Perjanjian pinjaman kerja sama PEN antara DKI dengan PT SMI ini, dilakukan di Kementerian Keuangan pada Senin oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Dana itu akan digunakan untuk beberapa sektor seperti pengendalian banjir, peningkatan pelayanan air minum, pengelolaan sampah, peningkatan infrastruktur transportasi, peningkatan infrastruktur pariwisata dan kebudayaan serta olahraga.
“Jakarta memiliki porsi yang cukup besar dalam perekonomian Indonesia. Karena itu bila kita bisa mempercepat pemulihan di Jakarta, tentu akan berdampak nasional,” kata Anies di Jakarta, Senin (27/7).
Anies mengatakan, pemerintah daerah telah melakukan langkah untuk meningkatkan kegiatan penanganan Covid-19 secara proaktif. Salah satunya menggiatkan testing memakai alat PCR. Ketika masyarakat mulai berkegiatan ekonomi, secara bersamaan kegiatan tracing-testing ditingkatkan di Jakarta.
“Dengan begitu, kita bisa mengidentifikasi pribadi-pribadi yang telah terpapar agar mereka bisa isolasi agar tidak terjadi penularan lebih jauh,” ujar Anies.
Kondisi Jakarta tersebut mendapat sorotan khusus dari Menteri Keuangan Sri Mulyani. Dia mengatakan akibat pandemi Covid-19, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta mengalami penurunan cukup besar.
“DKI terpukul cukup besar, pertumbuhan ekonominya turun di angka 5,06 persen, bahkan quarter to quarter (q to q) turun -0,56,” kata Sri Mulyani di Jakarta, Senin (27/7).
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi saat ini merupakan yang terendah sejak 10 tahun terakhir. Berbagai sektor usaha di Jakarta anjlok akibat wabah Covid-19. Antara lain, kata Sri, sektor perdagangan turun hingga -4,6 persen, pendidikan turun -4,4 persen, sektor listrik dan gas turun -16,2 persen serta industri olahan -3,2 persen.
“Sektor listrik dan gas drop cukup besar karena banyak kantor, pusat perdagangan dan hotel yang tutup,” ujar Sri.
Dia menyebutkan, DKI merupakan salah satu provinsi yang mengalami tekanan luar biasa akibat dampak Covid-19 dari sisi ekonomi. Bahkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) turun 54 persen dari target Rp31,13 triliun.
Tingkat defisit APBD DKI Jakarta tahun 2020 juga naik menjadi Rp11,7 triliun atau sebesar 0,4 persen dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Jakarta. Kemudian APBD DKI tahun 2021 juga diproyeksikan mengalami defisit Rp8,4 triliun atau sebesar 0,3 persen dari PDRB.
“Jadi, memang DKI ini mendapatkan tekanan yang luar biasa dari sisi ekonomi akibat wabah Covid-19,” ujar Sri.
Selain DKI Jakarta, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil juga mengajukan pinjaman senilai Rp4 triliun untuk program PEN tersebut. Selain itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar memperoleh bantuan dana pemulihan sektor ekonomi dari Kementerian Keuangan RI di masa pandemi Covid-19 senilai Rp10 triliun.
“Dana bantuan Rp10 triliun yang akan disiapkan untuk Jawa barat. Yang pertama Rp4 triliun adalah pinjaman daerah untuk recovery ekonomi dengan bunga nol persen,” kata Gubernur Jawa Barat (Jabar) M Ridwan Kamildi Bandung, Senin (27/7).
Pria yang akrab disapa Kang Emil itu meminta kepada seluruh BUMD milik Pemprov Jabar agar lebih agresif melakukan perbaikan ekonomi, kinerja perusahaan hingga menjaring investor dan pihaknya meminta strategi dan inovasi bisnis yang akan dilakukan oleh direksi dalam dua pekan ke depan.
“Provinsi Jabar itu sangat besar dan luas kue ekonominya. Nah di zaman saya semua BUMD ini harus proaktif menjadi mitra utama untuk investasi sendiri dan menjadi mitra utama untuk investasi dari luar. Dan pertanyaannya kan begini, ada 57 triliun (rupiah) selama enam bulan invetasi datang ke Jabar. Pertanyaannya dari kue 57 triliun ini apakah BUMD paham, apakah BUMD ini bisa melihat bahwa banyak peluang kerjasama yang hadir,” ujarnya. (Aza/Ant)