Indonesiainside.id, Berlin– Pendapatan perusahaan farmasi Jerman BioNTech selama kuartal kedua (Q2) tahun ini mencapai 41,8 juta euro (1 euro = Rp17.301). Pendapatan ini meningkat dibandingkan 25,8 juta euro pada Q2 tahun lalu, demikian diumumkan perusahaan tersebut pada Selasa (11/8).
Berkat proyek-proyek baru dengan perusahaan Amerika Serikat (AS) Pfizer dan perusahaan China Fosun Pharma “sebagai bagian dari program vaksin Covid-19 BNT162 perusahaan,” pendapatan dari kesepakatan kolaborasi itu pun ikut meningkat, ungkap BioNTech.
Namun, kerugian bersih naik menjadi 88,3 juta euro pada Q2, dibandingkan kerugian bersih periode yang sama tahun lalu yang berada di angka 50,1 juta euro. Pada akhir kuartal kedua tahun ini, perusahaan Jerman tersebut mencatat nilai kas dan setara kas (cash equivalent) sebesar 573 juta euro.
“Kami membuat kemajuan signifikan pada kuartal kedua menuju target kami untuk memajukan program onkologi dan menghadirkan vaksin Covid-19 di pasaran secepat mungkin,” tutur Ugur Sahin, Direktur Eksekutif (CEO) sekaligus salah satu pendiri BioNTech.
Perusahaan biofarmasi Jerman itu dan mitra usahanya asal AS Pfizer berencana “mengajukan permohonan otorisasi pasar dan persetujuan badan regulator paling cepat Oktober 2020” jika uji klinis saat ini terhadap vaksin Covid-19 potensial mereka sukses, papar BioNTech. Para pegawai BioNTech berhasil memulai uji coba untuk program vaksin Covid-19 dengan mencatatkan “rekor waktu,” imbuh Sahin pada Selasa saat mempresentasikan data-data Q2 perusahaannya.
Pada akhir Juli, sebuah penelitian dunia tentang vaksin potensialnya itu telah mencatat sampai dengan 30.000 partisipan. Uji coba klinis fase II/III dimaksudkan untuk menampilkan, antara lain, apakah komposisi BNT162b2 benar-benar dapat melindungi tubuh dari infeksi Covid-19.
Selain itu, penelitian fase satu terhadap kandidat vaksin BNT162b1 mulai “mengevaluasi keamanan dan imunogenisitas pada para partisipan China untuk mendukung potensi persetujuan badan regulator di China,” urai BioNTech. (ant/xh/NE)