Indonesiainside.id, Jakarta – Dalam perdagangan sore ini rupiah ditutup melemah tipis 15 point di level 14.775 dari penutupan sebelumnya di level 14.760. Direktur PT.TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan bahwa dalam perdagangan besok, rupiah kemungkinan akan fluktuatif namun ditutup menguat tipis di level 14.740-14.800.
Dilansir dari Anadolu Agency, Ibrahim mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pergerakan rupiah antara lain ialah hari ini akan menjadi hari terakhir untuk PSBB transisi di DKI Jakarta. “Namun jika melihat angka pertambahan kasus di ibu kota yang masih tergolong tinggi dan bahkan memimpin pertambahan kasus secara nasional belakangan ini, bukan tak mungkin ke depan masa transisi PSBB masih akan diperpanjang,” ujarnya, Kamis (13/8).
Ibrahim menuturkan, dalam upaya menghambat laju kemacetan di Jakarta, Pemprov DKI juga telah mengambil kebijakan rem darurat dengan menerapkan ganjil-genap di 25 ruas jalan di ibu kota. “Dalam hal tersebut, pemerintah Jakarta harus berani mengambil keputusan yang tepat apakah akan memperpanjang atau mengehentikan PSBB yang kedua-duanya mempunyai konsekuensi masing-masing,” tuturnya.
Ia memaparkan, apabila Jakarta memperpanjang masa transisi PSBB, maka akan berdampak terhadap PDB kuartal ketiga yang kemungkinan terkontraksi dan berpeluang Indonesia memasuki fase resesi. Sementara itu, lanjut Ibrahim kalau Pemprov DKI mengubah dari masa transisi PSBB menjadi masa kenormalan baru, maka akan berdampak positif terhadap perekonomian sehingga PDB kuartal ketiga akan lebih baik walaupun hanya 0 persen.
“Ini yang sedang ditunggu oleh pasar. Sehingga, pemerintah Jakarta jangan sampai membuat kesalahan fatal dalam mengambil keputusan tersebut, karena akan berpengaruh terhadap masa depan ekonomi Indonesia,” paparnya.
Sementara itu, faktor eksternal yang mempengaruhi rupiah menurut dia adalah pengumuman penemuan vaksin Covid-19 oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin, bernama Sputnik V yang akan di produksi massal mulai bulan Oktober 2020 dan dipasarkan di November serta sudah ada 20 negara yang akan memesan vaksin tersebut dengan total 1 miliar dosis vaksin.
Ibrahim mengatakan, CEO Souvereign Wealth Fund Rusia (RDIF), Kirill Dmitriev, menyebutkan bahwa Rusia telah mengembangkan vaksin untuk virus Covid-19 dalam enam tahun terakhir terutama untuk penyakit MERS, sehingga wajar bila pengembangannya bisa lebih cepat. “Walaupun WHO tidak dikonfirmasi dan ada keraguan tentang apakah Russia telah mengembangkan vaksin yang aman begitu cepat, berita tersebut membawa optimisme bagi pasar,” kata Ibrahim.
Faktor lain yang mempengaruhi rupiah adalah pasar kecewa terhadap pembicaraan soal stimulus fiskal baru yang masih belum ada keputusan dari Senat AS. Kubu Partai Republik di House of Representatives (salah satu dari dua kamar yang membentuk Kongres AS) mengusulkan proposal stimulus baru bernilai USD1 triliun, namun kubu oposisi Partai Demokrat enggan menyetujui karena merasa jumlahnya terlalu sedikit. (RAM)