Indonesiainside.id, Hong Kong— Maskapai yang berbasis di Hong Kong, Cathay Pacific Airways Limited, pada Rabu (21/10) mengumumkan akan memangkas sekitar 8.500 posisi pekerjaan di perusahaannya. Jumlah ini merupakan 24 persen dari total 35.000 pegawainya.
Dari 8.500 posisi tersebut, sekitar 5.300 di antaranya adalah karyawan yang berbasis di Hong Kong dan akan diberhentikan dalam beberapa pekan ke depan, sementara sekitar 600 pegawai yang berbasis di luar Hong Kong yang kemungkinan akan terimbas harus tunduk pada persyaratan peraturan setempat. Sisa 2.600 posisi lainnya yang akan dipangkas tersebut saat ini belum terisi karena inisiatif pemangkasan biaya yang diterapkan dalam beberapa bulan terakhir, termasuk pembekuan perekrutan karyawan dan penutupan basis-basis tertentu di luar Hong Kong, papar pihak perusahaan.
Cathay Dragon, sebuah maskapai sekaligus anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Cathay Pacific, akan menghentikan operasinya mulai Rabu ini. Persetujuan regulasi akan diupayakan untuk sebagian besar rute Cathay Dragon yang akan dialihoperasikan kepada Cathay Pacific dan Hong Kong Express Airways Limited, sebuah anak perusahaan lain yang juga sepenuhnya dimiliki oleh Cathay Pacific.
Kru kabin dan kokpit Cathay Pacific yang berbasis di Hong Kong akan dimintai persetujuan untuk mengubah persyaratan layanan mereka yang dirancang, antara lain, demi menyesuaikan remunerasi agar lebih dekat dengan produktivitas dan meningkatkan daya saing pasar. Restrukturisasi ini akan menelan biaya sekitar 2,2 miliar dolar Hong Kong (1 dolar Hong Kong = Rp1.891), yang akan didanai oleh perusahaan tersebut melalui sumber daya internalnya.
Cathay Pacific menyampaikan bahwa industri maskapai menghadapi tantangan signifikan akibat pandemi Covid-19. Masa depan masih sangat penuh ketidakpastian dan pemulihan dengan jelas terlihat berjalan lambat. Berdasarkan prediksi Asosiasi Transportasi Udara Internasional, perjalanan penumpang tidak akan kembali ke level pra-Covid-19 hingga 2024 nanti.
Tim manajemen Cathay Pacific telah menyimpulkan bahwa skenario paling optimistis yang dapat dipilih secara bertanggung jawab adalah skenario di mana, selama tahun 2021, perusahaan akan beroperasi jauh di bawah 50 persen dari kapasitas penumpang yang dioperasikannya pada 2019. (ant/xh)