Indonesiainside.id, Jakarta – ANA Holdings Inc. Jepang diperkirakan akan mencatat rekor kerugian bersih di kisaran 530 miliar yen (1 yen = Rp139) atau 5,04 miliar dolar AS untuk tahun bisnis hingga Maret mendatang akibat industri penerbangan yang terpukul oleh pandemi COVID-19, ungkap sejumlah sumber dari maskapai penerbangan tersebut pada Rabu (21/10).
ANA Holdings Inc., perusahaan induk All Nippon Airways Co., berpendapat bahwa pemulihan maskapai penerbangan itu, terutama untuk penerbangan internasional, sangat terpengaruh oleh pandemi, sehingga butuh waktu lebih lama hingga sektor permintaan pulih, kata sumber tersebut.
Program subsidi perjalanan domestik yang diberikan oleh pemerintah Jepang telah membantu meningkatkan jumlah penumpang dalam negeri dari hampir tidak ada sejak wabah virus itu merebak di Jepang.
Sementara itu, jumlah penumpang penerbangan internasional dalam lima bulan hingga Agustus menyusut 96 persen dibandingkan setahun sebelumnya, papar ANA Holdings Inc.
Hal ini disebabkan oleh banyak negara dan wilayah di seluruh dunia saling memberlakukan larangan dan pembatasan perjalanan, tidak terkecuali Jepang, meski pemerintah secara perlahan berencana menetapkan kembali penerbangan timbal-balik, terutama bagi kalangan pebisnis, dengan negara-negara dan wilayah yang dianggap berhasil menangani penyebaran pandemi tersebut.
Sejauh tahun bisnis ini, All Nippon Airways Co., memilih untuk menunda perilisan laporan perkiraan akibat adanya ketidakpastian seputar pandemi COVID-19. Meski demikian, maskapai penerbangan itu akan mengumumkan laporan pendapatannya pada paruh pertama tahun bisnis ini hingga September pada Selasa depan (27/10), lanjut sumber tersebut.
Sumber itu mengungkapkan bahwa perusahaan tersebut juga akan mengumumkan proyeksi pendapatan setahun penuhnya.
ANA melaporkan kerugian bersih sebesar 108,82 miliar yen atau 1,03 miliar dolar AS pada kuartal April-Juni. Hal itu juga akan meliputi sebagian besar utang pinjaman subordinasi dari bank-bank Jepang sebagai modal, ungkap orang dalam, serta memangkas gaji dan bonus tahunan sebagai cara lain untuk merampingkan pengoperasian maskapai penerbangan tersebut.
Sumber itu juga mengatakan bahwa rute-rute tidak populer akan ditangguhkan dan sejumlah aset yang dianggap tidak perlu akan dijual.
Sebagai bagian dari langkah pemangkasan biaya, ANA dilaporkan juga akan memensiunkan setengah dari 60 pesawat berbadan lebar miliknya akibat sektor permintaan yang anjlok.
Pesawat berbadan lebar adalah tipe pesawat jet apa pun yang cukup lebar untuk menyediakan dua lorong bagi penumpang, seperti pesawat “jumbo jet” 747 yang sudah tua dan Boeing 777 atau 777X yang lebih baru serta Airbus A380 yang mudah dikenali. (EP/xh)