Indonesiainside.id, Jakarta – Sekitar 60 kapal pengangkut batu bara Australia terkatung-katung, karena dilarang untuk bongkar kargo di China. Sementara itu China telah menyetujui pembelian batu bara termal dari Indonesia.
Pemerintah China pekan ini secara tersirat menyatakan batu bara metalurgi dari Australia memiliki masalah “kualitas lingkungan hidup” sehingga tertahan di pelabuhan.
batu bara jenis metalurgi digunakan untuk produksi baja, sedangkan batu bara jenis termal digunakan untuk pembangkit listrik.
China telah mengisyaratkan batu bara Australia senilai hampir $700 juta, atau lebih dari Rp7 triliun, ditahan di pelabuhan karena masalah “kualitas lingkungan”.
Menurut laporan Bloomberg, setidaknya 60 kapal curah pengangkut batu bara dari Australia terkatung-katung pada bulan November di dua pelabuhan utama China.
Otoritas China sebelumnya tidak menjelaskan alasan pasti dari penundaan, namun hari Selasa (24/11), jurubicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian untuk pertama kalinya memberi penjelasan terkait dengan masalah kualitas batu bara tersebut.
“Dalam beberapa tahun terakhir, Bea Cukai China telah melakukan pemantauan dan analisis risiko atas keamanan dan kualitas batu bara impor dan menemukan batu bara impor yang tidak memenuhi standar lingkungan secara umum,” katanya.
China secara tidak resmi melarang impor batu bara Australia sejak Oktober di tengah memburuknya hubunga kedua negara, dan pada gilirannya, meningkatkan impor dari Mongolia dan Rusia.
Jubir Zhao mengatakan China telah memperkuat pemeriksaan dan pengujian batu bara impor terkait standar keamanan, kualitas dan lingkungan “demi melindungi kepentingan lingkungan dari pihak China”.
Membeli dari Indonesia
Sementara itu pada hari Rabu (25/11), China menyatakan berencana untuk membeli batu bara termal senilai $1,467 miliar, sekitar Rp20 triliun, dari Indonesia tahun depan.
Hal itu terungkap dalam kesepakatan perdaangan antara Asosiasi Pertambangan batu bara Indonesia (APBI) dengan China Coal Transportation and Distribution.
“Diharapkan terjadi peningkatan ekspor batu bara ke China sebesar 200 juta ton di tahun mendatang,” demikian pernyataan dari APBI.
“Jumlah target yang disepakati akan ditinjau setiap tahun,” katanya.
Indonesia, negara pengekspor batu bara termal terbesar di dunia, telah menggunakan jalur diplomatik untuk mempromosikan penjualan batu bara di Asia Tenggara, terutama ke Vietnam, setelah ekspor ke China melambat.
batu bara termal merupakan batu bara yang akan digunakan untuk pembangkit listrik.
Impor batu bara termal yang dilakukan China dari Indonesia turun 24,5% dalam 10 bulan pertama tahun 2020 menjadi 86,88 juta ton, dibandingkan dengan 115,03 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI, Arifin Tasrif di DPR hari Senin mengatakan, produksi batu bara Indonesia pada periode Januari hingga Oktober tahun ini mencapai 459 juta ton.
Sementara konsumsi batu bara domestik pada periode yang sama mencapai 109 juta ton.
Menteri Arifin mengatakan target konsumsi batu bara domestik tahun ini di Indonesia mencapai 155 juta ton.(EP/ABC)