Indonesiainside.id, Jakarta – Malaysia menghentikan penyelidikan tindakan pengamanan (safeguard) keramik (ceramic floor and wall tiles) asal Indonesia setelah tidak menemukan bukti hubungan sebab akibat antara impor dan kerugian industri lokal.
Menteri Perdagangan Muhamad Lutfi mengatakan industri keramik Malaysia mengklaim terjadi lonjakan keramik impor yang menyebabkan kerugian atau ancaman kerugian bagi industri keramik dalam negeri.
Berdasarkan petisi dari Federation of Malaysian Manufacturers – Malaysian Ceramic Industry Group, Kementerian Perdagangan Internasional dan Industri Malaysia (MITI) memulai penyelidikan tindakan safeguard pada September 2020.
“Namun Malaysia tidak bisa membuktikan adanya lonjakan volume impor secara absolut selama periode investigasi,” ujar Menteri Lutfi, dilansir Anadolu Agency, Selasa (19/1).
Selain itu, kata dia kenaikan volume impor secara relatif terhadap produksi keramik Malaysia tidak dapat dipastikan. Menurut Menteri Lutfi Malaysia juga tidak dapat memastikan adanya hubungan sebab akibat antara lonjakan impor dengan kerugian serius yang diderita industri keramik lokal.
“Penyelidikan safeguard ini dihentikan hanya empat bulan setelah dimulai pada 13 September 2020,” ujar dia.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) nilai ekspor Indonesia ke Malaysia untuk produk keramik yang diselidiki sebesar USD7,12 juta pada 2019.
Nilai tersebut menurun 27,21 persen dibandingkan 2018 yang tercatat sebesar USD9,78 juta. Sementara, periode Januari–November 2020, nilai ekspor menjadi USD8,35 juta atau meningkat 24,41 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar USD 6,71 juta.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Didi Sumedi menjelaskan, dalam kurun waktu satu tahun terakhir, industri keramik Indonesia telah dua kali terbebas dari rencana penerapan bea masuk tindakan pengamanan (BMTP) oleh negara mitra dagang.
“Sebelumnya, keramik Indonesia juga berhasil lepas dari jeratan safeguard Filipina pada Desember 2019 lalu,” terang Didi.
Dia mengtatakan, data statistik impor Malaysia pada 2019 menunjukkan Indonesia berada di posisi kedua setelah China sebagai negara asal impor terbesar bagi Malaysia. (Aza/AA)