Indonesiainside.id, Ottawa– Raksasa bisnis Kanada Bombardier Inc. pada mengumumkan akan menghilangkan sekitar 1.600 pekerjaan untuk memangkas biaya. Perusahaan dirgantara yang berbasis di Montreal itu mengumumkan langkah tersebut saat menyampaikan laporan keuangan kuartalannya, yang menunjukkan bahwa perusahaan itu mengalami kerugian sebesar 337 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp14.011) pada kuartal keempat 2020.
Pemutusan hubungan kerja (PHK) itu akan menurunkan total tenaga kerja perusahaan menjadi sekitar 13.000 orang di seluruh dunia. Perusahaan ini beralasan, pengurangan diperlukan untuk dapat membangun kembali perusahaan sembari terus beroperasi di tengah pandemi.
“Pengurangan tenaga kerja selalu menjadi hal yang sangat sulit, dan kami merasa menyesal melihat karyawan yang berbakat dan berdedikasi meninggalkan perusahaan karena alasan apa pun,” kata Eric Martel, presiden sekaligus CEO perusahaan itu, dalam pernyataannya hari Kamis. “Namun demikian, pengurangan ini sangat diperlukan agar kami dapat membangun kembali perusahaan sembari terus beroperasi di tengah pandemi,” tambahnya.
Bombardier, yang merampungkan penjualan bisnis relnya ke Alstom bulan lalu, pada Kamis juga mengatakan bahwa mereka akan menghentikan produksi pesawat Learjet tahun ini, yang memungkinkan perusahaan fokus pada lini pesawat Challenger dan Global yang lebih menguntungkan. “Penumpang di seluruh dunia senang terbang dengan pesawat luar biasa ini dan mengandalkan kinerja dan keandalannya yang tak tertandingi. Namun, mengingat dinamika pasar yang semakin menantang, kami telah membuat keputusan sulit untuk menghentikan produksi Learjet,” tutur Martel.
Bombardier mengatakan pihaknya akan terus mendukung penuh armada Learjet dan meluncurkan program manufaktur ulang untuk pesawat Learjet 40 dan Learjet 45 pada Kamis. Perusahaan itu mengatakan 2021 akan menjadi tahun transisi dan memperkirakan pendapatan penjualan jet tahun ini akan lebih baik dari 2020 berdasarkan skenario pemulihan ekonomi bertahap. (NE/xh/Ant)