Indonesiainside.id, Jakarta – Nilai tukar rupiah ditutup melemah Rp14.480 per dolar Amerika Serikat pada perdagangan Selasa (30/3). Yield obligasi AS dengan tenor 10 tahun diperdagangkan pada angka 1,75 persen, tertinggi dalam 14 bulan terakhir.
Sedangkan pada Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) rupiah diperdagangkan pada level Rp14.481 per dolar AS, melemah dibanding perdagangan Senin sebesar Rp14.434 per dolar AS. Ibrahim Assuaibi Direktur PT Garuda Berjangka menganalisisa pergerakan dolar naik ini dipengaruhi imbal hasil obligasi AS mulai naik karena kekhawatiran inflasi.
Yield obligasi AS dengan tenor 10 tahun diperdagangkan pada angka 1,75 persen, tertinggi dalam 14 bulan terakhir.Ekonomi Amerika terlihat optimistis karena ada program karena percepatan vaksinasi dan program stimulus Presiden Joe Biden sebesar USD1,9 triliun.
Kondisi dalam negeri sebenarnya cukup menggembirakan, dari indeks Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur yang berada di atas level ekspansif 50 atau 50,9 persen. Selain itu, realisasi investasi dan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada 2021 lebih tinggi dibandingkan posisi tahun sebelumnya.
“Indikator ini membuat pemerintah tetap optimis terhadap target pertumbuhan ekonomi nasional dapat tercapai pada kisaran 4,5 persen sampai 5,3 persen,”katanya. “Tapi pemerintah juga memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama masih berada di zona negatif, kisaran minus 0,1 persen sampai 1 persen,” ujar dia dalam analisa yang dipublikasikan pada media.
Pemerintah juga fokus pada program vaksinasi dan penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro untuk menjaga kepercayaan masyarakat dalam melakukan konsumsi dan investasi. “Rupiah secara fundamental masih di bawah Rp15.000 dan berpotensi sampai akhir tahun masih akan menguat,” ujar dia.
Sedangkan untuk perdagangan Rabu, Rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi dan ditutup melemah di rentang Rp14.430 – Rp14.530. (NE/aa)