Indonesiainside.id, Jakarta – Indonesia terus memperbesar penggunaan energi baru terbarukan untuk menggantikan bahan bakar fosil. Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan Indonesia mencatatkan hasil yang baik dalam penggunaan energi baru terbarukan (EBT) dalam lima tahun terakhir.
Menurut dia pemerintah optimistis mampu memenuhi target bauran EBT 23 persen pada 2025, karena pada akhir tahun 2020 lalu saja sudah mencapai 11,3 persen.
“Sekarang ini waktu yang pas agar kita melipatgandakan angka bauran energi dalam lima tahun mendatang,” ujar dia dalam siaran pers, Selasa (27/4).
Dalam lima tahun terakhir, Indonesia sudah menggunakan EBT tidak hanya untuk listrik atau bahan bakar tapi juga dalam bentuk penggunaan langsung yaitu panas. Dalam penggunaan biodiesel, Kementerian ESDM mencatat angka pemanfaatan biodiesel tumbuh tiga kali lipat dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Biodiesel sudah mulai digunakan sejak 2008 dengan memperkenalkan produk campuran biodiesel sebesar 10 persen (B10). Puncaknya, realisasi produksi biodiesel mencapai 3,01 juta kiloliter (kl) pada 2015.
Kemudian kebijakan pemerintah meningkat menjadi B30 dengan realisasi 8,46 juta kl pada 2020. Penggunaan biodiesel ini menurut Dadan bisa menghemat devisa sebesar USD2,66 miliar atau sekitar Rp38,31 triliun pada 2020.
Indonesia juga mampu menambah kapasitas pembangkit listrik dari energi terbarukan sebesar 2 giga watt (GW) dalam lima tahun terakhir. Menurut Dadan percepatan transisi energi dari fosil ke energi baru terbarukan membantu menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen pada 2030 dan mengerem kenaikan suhu tidak lebih dari 2 derajat celcius. (Aza/AA)