Indonesiainside.id, New York—Beberapa raksasa pakaian AS termasuk Nike dan Under Armour menghadapi masalah pasokan karena penutupan pabrik pemasoknya di Vietnam menyusul gelombang kedua Covid-19, lapor stasiun siaran CNN.
Akhir September lalu, Nike memangkas prospek penjualan sepanjang tahun karena masalah rantai pasokan meskipun Chief Operating Officer mengatakan bahwa merek tersebut masih mencatat permintaan tinggi.
Sekitar tiga perempat sepatu Nike diproduksi di Asia Tenggara dengan 51 persen diproduksi di Vietnam dan 24 persen di Indonesia. Namun, ketika pemerintah Vietnam menerapkan jam malam karena pandemi Covid-19, termasuk memerintahkan semua pabrik tutup selama beberapa minggu antara Juli dan September, Nike mengalami kerugian produksi manufaktur selama 10 minggu.
Menurut Chief Financial Officer Nike Matthew Friend, bahkan jika pabrik mulai dibuka kembali, produksi akan memakan waktu hingga beberapa bulan untuk kembali ke tingkat penuh. Sepertiga dari produksi pakaian dan sepatu olahraga merek Under Armour diproduksi di Vietnam.
Di bawah chief operating officer Armor, Patrik Frisk, mengatakan pada bulan Agustus bahwa departemennya melihat secara dekat dampak penutupan pabrik pada rantai pasokannya dan menggambarkan situasinya sebagai ‘situasi yang berkembang’.
Vietnam adalah pemasok penting merek pakaian dan sepatu olahraga di AS. “Ini adalah mitra utama AS dan merupakan sumber pakaian dan alas kaki terbesar kedua setelah China,” kata presiden dan CEO American Clothing and Footwear Association (AAFA) Steve Lamar.
Juli lalu, Vietnam terjebak wabah virus corona yang diduga disebabkan oleh varian baru, bahkan sejumlah pabrik di Vietnam masih tutup hingga hari ini.Hal itu menyebabkan produksi produk termasuk sepatu kets dan sandal, celana jeans, gaun, T-shirt serta jaket terhenti. (NE)