Indonesiainside.id, Yogyakarta – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo melakukan silaturahmi ke kantor Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah di Yogyakarta, Kamis (5/5/2022). Ganjar mengaku mendapatkan banyak masukan dalam kunjungannya ke PP Muhammadiyah tersebut.
Di antaranya, dia mendapat dorongan untuk menggerakan ekonomi dengan kekuatan bangsa, khususnya dari anak-anak kandung Indonesia sendiri, terlepas dari berbagai persoalan komoditas pertanian seperti bawang, kedelai, garam, dan lainnya.
“Itu menjadi cita-cita yang bagus. Tentu apa pun mesti yang dituju ialah sila kelima Pancasila, keadilan sosial itu sendiri yang mesti diarah. Itu butuh partisipasi seluruh anak bangsa sehingga butuh persatuan,” jelas Ganjar, dilansir Muhammadiyah.or.id.
Ganjar diterima oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dalam silaturahim Idul Fitri 1443 H tersebut. Hadir juga Ketua PP Muhammadiyah Agus Taufiqurrahman, Sekretaris PP Muhammadiyah Agung Danarto, Ketua Komisi Yudisial Mukti Fajar, dan Ketua PWM Jateng Tafsir.
Haedar menerangkan, dalam pertemuan tersebut terdapat empat hal yang didiskusikan dengan Ganjar. Pertama, tentang kebangsaan yakni bagaimana kita mengangkat ekonomi masyarakat melalui Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang menyangkut rakyat banyak untuk menjadi gerakan nasional.
“Dengan pengalaman di Jateng Pak Ganjar bercerita bagaimana menggerakan UMKM naik kelas. Muhammadiyah juga punya pengalaman dalam memajukan UMKM lewat Aisyiyah, Majelis Pembersayaan Masyarakat, dan Majelis Ekonomi menggerakan UMKM sehingga ada titik yang sama dalam memperkuat ekonomi keuamatan,” terang Haedar.
Haedar menambahkan, bahwa UMKM dapat menjadi bagian integral dalam kebijakan ekonomoi nasional yang membawa pada perubahan signifikan dalam memajukan masyarakat.
Kedua, membahas peran agama dalam kehidupan kebangsaan, di mana Indonesia berdasar Pancasila, sila pertama yakni Ketuhanan Yang Maha Esa, dan dalam konstitusi dasar pasal 29 UUD 1945 bahwa agama diakui sebagai bagian integral konstitusional.
“Ummat beragama merupakan bagian penting bagi kehidupan bangsa dan negara, agama dan umat beragama bukan ancaman bagi siapa pun, apalagi bagi bangsa dan negara. Bahwa dalam dinamika kehidupan keagamaan dan kebangsaan selalu ada masalah, kita punya pengalaman sebagai bangsa yang mempunyai titik temu, dan dialog,” jelas Haedar.
Ketiga, mendiskusikan peran Muhammadiyah dalam membangun Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) sekaligus mencerdaskan kehidupan bangsa. Dimana Muhammadiyah dan Indonesia dengan berbagai tantangan ke depan memperlukan SDM insani yang kompetitif, sarana prasarana yang objektif dan berkemajuan, birokrasi yang good governance, reformasi birokrasi terus digalakkan.
“Pemerintah dengan birokrasinya harus bisa bersikap adil mengayomi semua komponen bangsa dan negara, dengan sistem pemerintahan demokratis, pemerintah harus bisa adil bagi semua golongan bangsa dan menjadi kekuatan penting bagi Indonesia kedepan,” tegas Haedar.
Terakhir, dalam pertemuan 1,5 jam tersebut juga membahas pentingnya rekonsiliasi, dialog, silaturahmi antar kompenen bangsa. Di mana pembelahan politik dan hal yang mengganjal antar komponen bangsa dengan semangat idulfitri dapat berada pada titik temu.
“Semangat bhinneka tunggal ika yang mengikat dalam keragaman harus diwujudkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga dengan semangat untuk bersatu akan membawa Indonesia menjadi negara yang berkemajuan,” jelas Haedar. (Aza)