Indonesiainside, Gresik – Kabupaten Gresik, Jawa Timur lebih dikenal sebagai kota seribu makam dan kota santri karena jejak penyebaran Islam di Jawa juga ada di kota ini. Produk kerajinan atau pakaian pun masih sangat dekat dengan budaya Islam seperti sarung, peci dan baju koko. Namun tidak banyak yang tahu bahwa di Jalan Sunan Giri gang VIII, Kebomas, Gresik terdapat perajin kuningan yang telah berdiri dua tahun setelah kemerdekaan Republik ini.
Adalah Sumarlan,51, penerus usaha keluarga kerajinan kuningan ini. Sejak 1993, berbekal keterampilan dari ayah mertuanya yang merintis usaha kerajinan kuningan pada 1947, kini Sumarlan tetap memproduksi kerajinan berbahan dasar kuningan. Sumarlan mengaku juga menerima berbagai pesanan seperti bros, logo atau medali berbahan dasar kuningan. “Asal saya diberi contoh barang, saya bisa membuat macam-macam bentuk barang dari kuningan”, kata Sumarlan.
Dengan tujuh pegawainya, kapasitas produksi kerajinan kuningan Sumarlan bisa mencapai 50 kodi per hari. Kerajinan kuningan ini pun justru banyak dipesan dari Jogyakarta, Solo, Jakarta dan Surabaya. “Tingkat kesulitan tertinggi adalah pada proses mematri produk kuningan, tidak semua karyawan mampu mematri dengan akurat dan baik hasilnya”, tutur Sumarlan.
Proses mematri kuningan tergolong memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Perlu kejelian dan ketekunan, maka tidak tiap karyawan atau perajin memiliki kemampuan mematri yang baik.
Detail foto proses pematrian kerajinan kuningan.
Prototipe keris adalah salah satu bentuk kerajinan yang dihasilkan oleh Sumarlan, perajin kuningan di Kebomas, Gresik, Jawa Timur.
Beberapa bentuk kerajinan kuningan. Bros dan medali lebih sering dipesan oleh pelanggan.