Oleh : Eko P |
Selama tahun 2018 telah terjadi peningkatanaktivitas gempa yang sangat drastis di Indonesia, yaitu 4.648 kejadian gempa tektonik
Indonesiainside.id, Jakarta — Memperkirakan terjadinya gempa adalah hal yang sulit, kapan dan dimana. Apalagi di Indonesia yang masuk kawasan cincin api banyak sumber gempa.
Hal itu dikatakan Ketua Kelompok Kerja Geologi Pusat Studi Gempa Nasional, Danny Hilman Natawidjaja dalam jumpa pers di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Kamis (21/2).
“Sumber gempa di Indonesia sangat rumit, perlu banyak riset dari berbagai daerah sehingga informasi dan pendidikan kebencanaan bisa lebih tepat,” kata Danny
Danny mengatakan gempa terjadi di antara batas-batas lempeng dan sesar serta zona-zona subduksi. Indonesia sendiri berada di wilayah yang memiliki banyak zona subduksi dan sesar.
Salah satu penyebab muncul korban jiwa akibat gempa bumi adalah masih banyak rumah dan bangunan di Indonesia yang belum tahan goncangan.
“Di wilayah yang rawan gempa, seharusnya dibangun rumah-rumah dan bangunan yang tahan gempa. Hindari juga membangun rumah dan bangunan di jalur gempa dan sesar,” tutur peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu.
Karena itu, Danny mengatakan perlu ada penelitian lebih lanjut untuk mendata sesar-sesar yang ada di seluruh Indonesia.
Wilayah Indonesia dipenuhi jalur-jalur sesar aktif gempa di darat dan laut. Sementara, data sumber gempa masih sedikit, sehingga perlu banyak penelitian untuk mitigasi gempa dan tsunami.
Penelitian juga diperlukan untuk membangun sistem peringatan dini yang spesifik untuk setiap daerah disesuaikan dengan karakter sumber gempa-tsunami dan kondisi setempat.
Menurut data BNPB, telah ditemukan 214 sumber gempa baru dan teridentifikasi 295 sesar aktif yang tersebar di Jawa (37), Sulawesi (48), Papua (79) serta Nusa Tenggara dan Laut Banda (49).
Sepanjang tahun 2018, telah terjadi peningkatan signifikan aktivitas gempa di Indonesia dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini berdasarkan data gempa dari Pusat Gempa Nasional Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG), dimana terjadi aktivitas gempa sebanyak 11.577 kali dalam berbagai magnitudo dan kedalaman.
Dibandingkan dengan tahun 2017, aktivitas gempa yang terjadi hanya 6.929 kali. “Artinya, selama tahun 2018 telah terjadi peningkatanaktivitas gempa yang sangat drastis di Indonesia, yaitu 4.648 kejadian gempa tektonik,” ujar Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono, akhir tahun lalu.
Gempa itu didominasi oleh gempa ringan yang memiliki magnitudo 4,1-5,0 sebanyak sebanyak 2.273. Sedangkan jika dibagi berdasar besaran magnitudonya, selama tahun 2018 telah terjadi Gempa Kecil atau magnitudo kurang dari 4,0 sebanyak sembilan kali, Gempa Ringan yakni magnitudo antara 4,1-5,0 sebanyak 2.273 kali, Gempa Menengah yaitu magnitudo antara 5,1-6,0 sejumlah 210 kali.
Sementara untuk Gempa Kuat yaitu berkisar antara 6,1-7,0 sebanyak 12 kali, Gempa Besar yakni magnitudo antara 7,1-8.0 terjadi satu kali yaitu peristiwa Gempa Palu 28 September 2018 dengan magnitudo 7,5, dan Gempa Dahsyat dengan magnitudo 8,1-9,0 tidak terjadi.
Sementara jika dibagi menurut tingkat kedalaman gempa. Gempa dangkal yakni kurang dari 60 kilometer terjadi 9.585 kali, paling dominan. Sementara gempa kedalaman menengah antara 61-300 kilometer sebanyak 1.856 kali. Dan gempa hiposenter dalam atau dengan kedalaman di atas 300 kilometer terjadi 136 kali. (EPJ/Ant)