Oleh : Eko P |
Jalanan rusak membuat siswa enggan mendaftar di sekolah, bahkan guru-guru mengajukan pindah
Indonesiainside.id, Jakarta — Kerusakan jalan menghambat pendaftaran siswa baru dari kawasan permukiman warga hingga SMP Negeri 8 Sepauk, Sintang, Kalimantan Barat. Dikhawatirkan jumlah murid sekolah itu berkurang ketimbang tahun-tahun sebelumnya.
“Iya, kami mendapat kabar bahwa kalau jalan tidak diperbaiki, untuk tahun ajaran baru nanti, 2019-2020, orang tua lebih memilih untuk menyekolahkan anaknya di Kota Sintang saja,” ujar Kepala SMPN 8 Sepauk Katno Susilo Hudi, Senin (25/2).
Saat ini, sekitar 200 siswa bersekolah di SMPN 8 Sepauk. Sebagian besar siswa berasal dari Satuan Pemukiman (SP) 5 dan SP 4. Sekolah yang terletak di kawasan transmigrasi itu mulai beroperasi sejak 2007 berada di SP 5.
“Kalau dari SP 4, sekitar 40 persennya. Yang paling mengeluhkan kondisi jalan ke SMPN 8 Sepauk, dari orang tua murid di SP 4,” ungkap dia.
Ada juga guru yang mengajukan pindah tugas karena tidak mampu setiap hari ke sekolah, melewati jalan yang rusak parah tersebut.
Katno tinggal sekitar 13 kilometer dari sekolah. Ia akhirnya membeli sepeda motor jenis trail untuk mempermudah perjalanan dari rumah ke sekolah.
“Setiap hari seperti ini, harus masuk ke sekolah, kecuali tanggal merah atau libur,” kata dia.
Ia membutuhkan waktu satu hingga 1,5 jam untuk tiba di sekolah.
Ketua Komite SMPN 8 Sepauk Supono juga mengeluhkan kondisi infrastruktur tersebut.
“Bahkan sekarang ada siswa dari SP 4 yang harus menginap di rumah teman atau saudaranya di SP 5, karena tidak memungkinkan kalau bolak balik setiap hari dari rumah ke sekolah,” ujar dia.
Popi Lakori, siswi Kelas IX SMPN 8 Sepauk, mengaku dalam satu minggu terakhir harus menginap di SP 5.
“Jalannya sangat rusak, padahal jarak dari rumah ke sekolah sekitar empat kilometer saja,” katanya.
Ia biasanya dari rumah menggunakan sepeda motor berangkat pukul 05.30 WIB dan tiba di sekolah sekitar pukul 07.30 WIB.
“Biasa ketemu teman di jalan, bantu mendorong karena sepeda motornya ambles atau tidak mampu melewati jalan yang rusak, jadi jam 07.30 baru tiba di sekolah,” ujarnya.
Ia mengaku sudah terbiasa terjatuh di jalanan berlumpur saat perjalanan ke sekolah sehingga risikonya seragam menjadi basah. Ia harus membersihkan lumpur yang menempel di seragamnya terlebih dahulu sebelum ikut pelajaran.
“Sekarang bawa beras sama minta uang tambahan sama orang tua, karena tidak pulang,” katanya.
Ia berharap, pemerintah segera memperbaiki jalan tersebut karena untuk mempermudah siswa ke sekolah, terutama anak-anak yang lulus dari SD sekitar.
Sepauk terletak sekitar 300 kilometer timur Kota Pontianak, sedangkan Kota Sintang berjarak sekitar 50 kilometer. Jalan tersebut sehari-hari digunakan warga untuk beraktivitas.
Untuk angkutan yang lewat, umumnya kendaraan yang mengangkut kebutuhan warga, seperti beras dan lainnya.(EPJ/Ant)